Sabtu, 14 September 2013

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN “PERSIAPAN MENJADI ORANG TUA”



Makalah

ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN
PERSIAPAN MENJADI ORANG TUA

Dosen:
Arsulfa,S.Si.T,M.Keb.
Hj. Syahrianti, S.Si.T, M.Kes.

Kelompok VIII :
Deshardianti Intan Pratiwi
I Putu Sundari
Nur Ramayanti
Siti Arfa Suryanti




KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN
2012

KATA PENGANTAR

                                                                       

Puji syukur hanya kepada Allah Azzawa jala, terucap dari lubuk hati penulis yang menghamba. Sungguh, karena Dia-lah karya kecil ini selesai, tumbuh dalam kesempurnaannya yang tidak sempurna.
Selawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad, SAW. cintanya yang agung kepada Sang Pencipta dan kepada sesama makhluk adalah inspirasi cinta sejati yang tak ada bandingnya dalam sejarah umat manusia.  Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua orang, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak. . Bagaimana mungkin merangkum bantuan dan kebaikan sekian banyak orang dalam selembar kertas dengan kalimat yang juga terbatas. Oleh karena itu, sebelumnya penulis minta maaf, jika ada yang tidak disebut. Dengan rendah hati penulis serahkan dan pasrahkan kepada Allah untuk membalas semua kebaikan dan ketulusan yang telah diberikan kepada penulis.
Ucapan terima kasih selanjutnya,penulis sampaikan kepada Ibu Arsulfa,S.Si.T,M.Keb. dan Hj. Syahrianti, S.Si.T, M.Kes. selaku penasihat yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “persiapan menjadi orang tua
Terakhir, sekaligus yang terpenting adalah  pembaca terhormat. Melalui Andalah, makalah ini mudah-mudahan bisa bermakna dan bermetaforfosa menjadi kupukupu yang apapun warnanya bisa mempercantik kehidupan. Kritik, komentar dan saran, penulis terima dengan pikiran terbuka. Semoga dapat bermanfaat. Amin…

Kendari, November  2012


Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul                                                                                          Halaman
Kata Pengantar                                                                                              i
Darftar Isi                                                                                                       ii
Daftar Gambar                                                                                              iv

BAB I      PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang                                                                                    1
B.     Masalah                                                                                                2
C.     Tujuan                                                                                                  2
D.    Manfaat                                                                                               2

BAB II    PEMBAHASAN
1.      Persiapan Menjadi Orang Tua                                                             3
2.      Adaptasi Paternal                                                                                5
2.1. Realitas akan Kehamilan dan Anak                                               5
2.2. Mengenal Peran Orang Tua                                                           6
2.3. Peran dari Keterlibatan Ayah dalam Childbearing                        9
3.      Adaptasi Saudara Kandung                                                              10
3.1. Sibling Rivalry                                                                             10
3.1.1.      Pengertian Sibling Rivalry                                               11
3.1.2.      Penyebab Sibling Rivalry                                                12
3.1.3.      Segi Positif Sibling Rivalry                                             12
3.1.4.      Mengatasi Sibling Rivalry                                               14
3.2. Adaptasi Kakak sesuai Tahapan Perkembangan                         15
3.2.1.      Batita (Bawah Tiga Tahun)                                             15
3.2.2.      Anak yang Lebih Tua                                                      16
3.2.3.      Remaja                                                                             16

BAB III  PENUTUP
1.      Kesimpulan                                                                                         18
2.      Saran                                                                                                   19

DAFTAR PUSTAKA


DAFTAR GAMBAR

Halaman Judul                                                                                     Halaman
     Gambar 1      Ayah Baru                                                                             6
     Gambar 2      Kakak Cemburu terhadap Adiknya                                      11


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Secara fungsional, panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor dan pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis, disebut juga dengan false pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis.
Pada ruang yang dibentuk oleh pelvis mayor terdapat organ –organ abdominal selain itu pelvis mayor merupakan tempat perlekatan otot – otot dan ligamen ke dinding tubuh. Sedangkan pada ruang yang dibentuk oleh pelvis minor terdapat bagian dari kolon, rektum, kandung kemih, dan pada wanita terdapat uterus dan ovarium. Pada ruang pelvis juga kita temui diafragma pelvis yang dibentuk oleh muskulus levator ani dan muskulus koksigeus.
Pada wanita, di luar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan pergeseran sedikit, tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih longgar,misalnya ujung koksigis dapat bergerak kebelakang sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm.Hal ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan pada saat partus, dan pada pengeluaran kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang.

B.     Masalah
Masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah bagaimanakah panggul wanita itu ?

C.    Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan panggul wanita.

D.    Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah :
1.    Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang panggul wanita
2.    Pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang panggul wanita


BAB II
PEMBAHASAN

1.      Persiapan Menjadi Orang Tua
Menjadi orangtua bukanlah hal yang mudah, tetapi tidak juga sesulit yang dibayangkan. Salah satu kunci sukses menjadi orangtua sukses adalah mempersiapkan diri dari kedua belah pihak.
Menjadi orangtua merupakan dambaan bagi mereka yang sudah membina rumah tangga. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya jika sudah mempersiapkan hal ini sejak awal. Dimulai dari persiapan kehamilan sampai kelahiran. Namun ini bukan saja menjadi tugas seorang istri, tetapi juga suami.

1.1.Persiapan Fisik
a)      Hentikan kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol. Himbauan ini berlaku bagi calon ayah dan ibu. Perokok aktif dan pasif dapat membuat janin mengalami gangguan pertumbuhan. Asap rokok yang terhirup oleh calon ibu dapat mengahmbat suplai oksigen, sehingga resiko janin lahir prematur menjadi lebih tinggi. Minuman berakohol membuat calon ibu menghadapi resiko keguguran karena kandungan menjadi melemah. Sedangkan para pria, kadar alkohol yang tinggi membuat jumlah sel sperma sedikit jumlahnya sehingga tidak cukup untuk pembuahan.
b)      Calon orangtua harus mulai mengonsumsi makanan dengan gizi tinggi. Membatasi asupan makanan bergula dan berlemak tinggi sangat dianjurkan. Usahakanlah dalam kondisi berat badan yang ideal agar pembuahan berlangsung sempurna.
c)      Lakukanlah tes kesehatan untuk memastikan kondisi kesehatan calon ibu. Jika dalam pemeriksaan calon ibu dinyatakan mengalami gangguan kesehatan tertentu, biasanya dokter akan menyarankan agar pasangan menunda dulu kehamilan sampai calon ibu dinyatakan sehat.
d)     Melakukan vaksinasi yang perlu dilakukan oleh ibu untuk melindungi janinnya selama kehamilan dan menjalani proses persalinan.

1.2.Persiapan Psikologis.
Bagi calon ayah dan ibu, proses kehamilan hingga melahirkan akan menjadi pengalaman istimewa. Namun, pengalaman yang luar biasa akan dirasakan ketika pasangan suami-istri menjadi orangtua. Jadi sebelum memiliki anak sebaiknya diskusikan perubahan dan tantangan hidup yang akan dialami sehingga calon orangtua telah siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.

1.3.Persiapan Finansial
Persiapan finansial bisa dikatakan sama pentingnya dengan persiapan fisik maupun psikologi. Persiapan yang dimaksud adalah perencanaan keuangan untuk mencukupi keperluan anak sejak masih berada dalam kandungan hingga lahir. Kehadiran seorang bayi berarti pertambahan biaya tetap bagi sebuah keluarga, yang secara tetap akan meningkat seiring kebutuhan pertumbuhan anak. Orangtua adalah penentu kehidupan anak selanjutnya dan orang tualah yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak agar baik dalam hal kepribadian, sosialisasi, penyesuaian dan pengendalian diri, kemampuan berpikir dan lain hal yang kelak akan menentukan keberhasilan dan kemandirian anak yang juga menentukan keberhasilan anak saat menjadi orangtua.
Dalam kaitannya dengan kehadiran bayi sebagai anggota keluarga baru, maka diperlukan adaptasi yang baik oleh suami sebagai seorang ayah dan adaptasi anggota keluarga lainnya yaitu saudara dari bayi tersebut karena terjadi perubahan pola interaksi sehingga tercipta keserasian dalam kehidupan keluarga.
Dengan kehadiran bayi maka sistem dalam keluarga akan berubah dan pola interaksi dalam keluarga harus dikembangkan (May, 1994).

2.      Adaptasi Paternal
Jordan (1990) mendeskripsikan 3 proses perkembangan yang dialami oleh calon ayah,yaitu mengaitkan dengan realitas akan kehamilan dan anak, mengenal peran orang tua dari keluarga dan lingkungan masyarakat, serta berusaha melihat relevansi akan childbearing.

2.1.Realitas akan Kehamilan dan Anak
Pria akan menunjukkan reaksi bangga dan gembira ketika diberitahu tentang berita kehamilan istrinya, walaupun dia akan menunjukkan gejala ambivalen seperti istrinya, terutama dalam hal komitmen dan penambahan tanggung jawab. Kehadiran janin akan menjadi nyata bagi calon ayah saat ia mendengarkan denyut jantung janin, merasakan pergerakan janin, serta melihat janin melalui sonogram.

2.2.Mengenal Peran Orang Tua
Selama masa kehamilan dan melahirkan, tanggung jawab utama pria yaitu memberikan dukungan penuh kepada istrinya. Mereka terkadang kecewa karena hanya dianggap sebagai pendukung dan penolong, bukan sebagai bagian dari calon ornag tua. Maka dari itu, diadakan grup pendukung atau kelas bagi calon ayah mengenal perannya lebih jauh. Dalam forum ini pria lain yang sudah berpengalaman berbagi pengalamannya dalam menghadapi kehamilan, melahirkan, dan bahkan mengasuh anak.
Ketika seorang ibu melahirkan anak, suatu hal yang ingin diketahui ialah: seperti apakah atau seperti siapakah anak saya? Ini suatu keingintahuan yang biasa dan wajar. Namun sebenarnya ada satu hal yang lebih penting lagi yaitu akan seperti apakah kelak anak saya ini? Suatu pertanyaan dengan rentangan panjang, memakan waktu lama untuk bisa menjawabnya, dan sulit untuk bisa diramalkan antara apa yang ada dan apa yang akan terjadi, serta antara yang terlihat dan apa yang akan diperlihatkan.
Gambar 1. Ayah baru
Anak yang baru lahir berada dalam keadaan lemah, tidak berdaya, tidak bisa apa-apa, tidak bisa mengurus diri sendiri, tidak bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Jadi ia tergantung sepenuhnya pada lingkungannya, lingkungan hidupnya, terutama orang tua dan lebih khusus lagi ialah ibunya. Mengenai lingkungan hidup yang menjadi tokoh pusat ialah orang tua. Merekalah yang berperan besar, langsung atau kadang-kadang tidak langsung, berhubungan terus-menerus dengan anak, memberikan perangsang (stimulasi) melalui berbagai corak komunikasi antara orang tua (terutama ibu) dengan anak.
Berdasarkan pada hal-hal tersebut diatas, orang tua jelas berperan besar dalam perkembangan dan memperkembangkan kepribadian anak. Orang tua menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran kepribadian seorang setelah dewasa. Jadi, gambaran kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan seseorang setelah dewasa banyak ditentukan oleh keadaan dan proses-proses yang ada dan terjadi sebelumnya.
Dalam usaha atau tindakan aktif orang tua untuk mengembangakan kepribadian anak, perlu memperhatikan aspek-aspek perkembangan sebagai berikut :
1)      Dalam kaitan dengan pertumbuhan fisik anak
Perlakuan dan pengasuhan yang baik disertai dengan lingkungan sehat memungkinkan anak hidup sehat, jauh dari keadaan yang mempermudah timbulnya sakit dan penyakit perlu sekali di perhatikan. Pengetahuan praktis mengenai kadar gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kesehatan anak perlu diketahui orang tua. Juga diperlukan pengetahuan- pengetahuan praktis mengenai kebutuhan- kebutuhan anak, kebutuhan dasar dan mineral, untuk memungkinkan anak berkembang sebaik-baiknya.
2)      Dalam kaitannya dengan perkembangan sosial anak
Pergaulan adalah juga merupakan suatu kebutuhan untuk memperkembangkan aspek sosial anak. Seorang anak membutuhkan anak lain atau kelompok yang kira-kira sebaya. Melalui hubungan dengan lingkungan sosialnya, anak sengaja atau tidak sengaja, langsung atau tidak langsung terpengaruh pribadinya. Peniruan menjadi salah satu faktor yang sering terjadi dalam proses pembentukan pribadi anak. Maka penting diperhatikan siapa atau dengan kelompok mana anak boleh berinteraksi, dianjurkan atau sebaliknya menghindari atau sesedikit mungkin bergaul.
3)      Dalam kaitannya dengan perkembangan mental anak
Komunikasi verbal antara orang tua dengan anak, khususnya pada tahun-tahun pertama kehidupan anak, besar pengaruhnya untuk perkembangan mentalnya. Anak memahami arti sesuatu mulai dari yang kongkrit sampai yang abstrak. Kecuali dari usaha anak sendiri yang bereksplorsi didalam lingkungannya, mendengar, mengamati dan mengolah menjadi pengetahuan-pengetahuan, juga berasal dari perangsangan- perangsangan yang diberikan oleh orang-orang yang ada di sekeliling hidup anak. Mengajak anak berbicara sambil membimbing lebih lanjut mempunyai dampak positif bagi perkembangan aspek mentalnya.
4)      Dalam kaitannya dengan perkembangan rohani anak
Pengetahuan anak mengenai perbuatan baik atau tidak batik, boleh atau tidak boleh dilakukan, diperoleh dari usaha anak sendiri yang secara aktif memperhatikan, meniru dan mengolah dalam alam pikirannya dan lebih lanjut menjadi sikap dan perilakunya. Namun dalam banyak hal peranan dari orang tua juga cukup besar dalam mempengaruhi perkembangan aspek moral dan rohani anak.
Orang tua sedikit demi sedikit membimbing dan mengarahkan sikap dan perilaku anak sesuai dengan patokan atau ukuran orang tua, sesuai dengan kitab suci dan ajaran- ajaran agama.


2.3.Peran dari Keterlibatan Ayah dalam Childbearing
Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama) adalah keluarga yang menantikan kelahiran yang dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan
Peran calon ayah dapat dimulai selagi kehamilan istri membesar dan semakin kuat saat bayi dilahirkan. Pada periode awal seorang ayah harus mengenali hubungannya dengan anak, istri, dan anggota keluarga lainnya. Periode berikutnya ayah dapat mencerminkan suatu waktu untuk bersama-sama membangun kesatuan keluarga, periode waktu berkonsolidasi ini meliputi peran negosiasi (suami istri, ibu-ayah,orang tua-anak,saudara-saudara) untuk menetapkan komitmen . perode yang berlangsung akan membutuhkan waktu.
Terjadi waktu transisi fisik dan psikologis bagi ibu serta ayah dan seluruh anggota keluarga, dalam hal ini orang tua, saudara atau anggota keluarga lainnya harus dapat beradaptasi terhadap perubahan stuktur karena adanya anggota keluarga baru yaitu bayi, dengan kehadiran seorang bayi maka sistem dalam keluarga akan berubah serta pola pikir keluarga harus dikembangkan.
Calon ayah terkadang mengobservasi pria lain yang sudah menjadi ayah dan mencoba bersikap seperti seorang ayah untuk menentukan kenyamanan dan kesesuaian dengan konsepnya akan peran seorang ayah. Calon ayah mencari informasi tentang perawatan dan tumbuh-kembang bayi, sehingga ia dapat mempersiapkan diri untuk tanggung jawab yang baru. Meskipun ia mendapatkan pengetahuan yang banyak akan persiapan menjadi ayah, akan tetapi ia tetap saja belum siap untuk mempelajarinya saat ini, sehingga ia mungkin masih abstrak akan pengetahuan dan pelatihan tentang perawatan bayi. Maka dari itu, perawat harus mengulang kembali informasi-informasi tersebut setelah bayi lahir, sehingga pengetahuannya menjadi relevan dengan praktiknya.

3.      Adaptasi Saudara Kandung
Jika saudara kandung tidak dipersiapkan dari awal dalam menghadapi anggota keluarga baru, maka dikhawatirkan akan terjadi sibling rivalry. Hal yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya sibling, antara lain:
1.      Anak diberitahu sejak awal tentang kehamilannya
2.      Anak diberi kesempatan merasakan bayinya bergerak dalam rahim
3.      Anak dilibatkan dalam membantu persiapan kelahiran adiknya
4.      Bantu anak untuk menyesuaikan pada perubahan ini
5.      Kenalkan anak dengan profil bayi
6.      Mengajak anak saat memeriksakan kehamilannya

Kehadiran anggota keluarga baru (bayi) dalam keluarga dapat menimbulkan situasi krisis terutama pada saudara-saudaranya, sehingga perlu dipersiapkan.
Gambar 2. Kakak cemburu terhadap adik

3.1.1.      Pengertian Sibling Rivalry
Kamus kedokteran Dorland (Suherni, 2008): sibling (anglo-saxon sib dan ling bentuk kecil) anak-anak dari orang tua yang sama, seorang saudara laki-laki atu perempuan. Disebut juga sib. Rivalry keadaan kompetisi atau antagonisme. Sibling rivalry adalah kompetisi antara saudara kandung untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari satu kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang lebih.
Sibling rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran antara saudara laki-laki dan saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua orang tua yang mempunyai dua anak atau lebih.
Sibling rivalry atau perselisihan yang terjadi pada anak-anak tersebut adalah hal yang biasa bagi anak-anak usia antara 5-11 tahun. Bahkan kurang dari 5 tahun pun sudah sangat mudah terjadi sibling rivalry itu. Istilah ahli psikologi hubungan antar anak-anak seusia seperti itu bersifat ambivalent dengan love hate relationship.

3.1.2.      Penyebab Sibling Rivalry
Banyak faktor yang menyebabkan sibling rivalry, antara lain:
1.      Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka, sehingga ingin menunjukkan pada saudara mereka.
2.      Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau mendengarkan dari orang tua mereka.
3.      Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh kedatangan anggota keluarga baru/ bayi.
4.      Tahap perkembangan anak baik fisik maupun emosi yang dapat mempengaruhi proses kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama lain.
5.      Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai pertengkaran.
6.      Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau memulai permainan dengan saudara mereka.
7.      Dinamika keluarga dalam memainkan peran.
8.      Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang berlebihan dalam keluarga adalah normal.
9.      Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan anggota keluarga.
10.  Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya.
11.  Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya.
12.  Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang terjadi pada mereka.

3.1.3.      Segi Positif Sibling Rivalry
Meskipun sibling rivalry mempunyai pengertian yang negatif tetapi ada segi positifnya, antara lain:
1.      Mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan mengembangkan beberapa keterampilan penting.
2.      Cara cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi.
3.      Mengontrol dorongan untuk bertindak agresif.
Oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat dicapai, maka orang tua harus menjadi fasilitator.


3.1.4.      Mengatasi Sibling Rivalry
Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua untuk mengatasi sibling rivalry, sehingga anak dapat bergaul dengan baik, antara lain:
1.      Tidak membandingkan antara anak satu sama lain.
2.      Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri.
3.      Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak Anda.
4.      Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada bersaing antara satu sama lain.
5.      Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik biasa terjadi.
6.      Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara positif untuk mendapatkan perhatian dari satu sama lain.
7.      Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan anak. Sehingga adil bagi anak satu dengan yang lain berbeda.
8.      Merencanakan kegiatan keluarga yang menyenangkan bagi semua orang.
9.      Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan kebebasan mereka sendiri.
10.  Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat tanda-tanda akan kekerasan fisik.
11.  Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak-anak, bukan untuk anak-anak.
12.  Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak menyalahkan satu sama lain.
13.  Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak.
14.  Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilaku orang tua sehari-hari adalah cara pendidikan anak-anak untuk menghindari sibling rivalry yang paling bagus.

Respon kanak-kanak atas kelahiran seorang bayi laki-laki atau perempuan bergantung kepada umur dan tingkat perkembangan. Biasanya anak-anak kurang sadar akan adanya kehadiran anggota baru, sehingga menimbulkan persaingan dan perasaan takut kehilangan kasih sayang orang tua. Tingkah laku negatif dapat muncul dan merupakan petunjuk derajat stres pada anak-anak ini
Tingkah laku ini antara lain berupa:
1.      Masalah tidur.
2.      Peningkatan upaya menarik perhatian orang tua maupun anggota keluarga lain.
3.      Kembali ke pola tingkah laku kekanak-kanakan seperti: ngompol dan menghisap jempol.


3.2.1.      Batita (Bawah Tiga Tahun)
Pada tahapan perkembangan ini, yang termasuk batita (bawah tiga tahun) ini adalah usia 1-2 tahun. Cara beradaptasi pada tahap perkembangan ini antara lain:
1.      Merubah pola tidur bersama dengan anak-anak pada beberapa minggu sebelum kelahiran.
2.      Mempersiapkan keluarga dan kawan-kawan anak batitanya dengan menanyakan perasaannya terhadap kehadiran anggota baru.
3.      Mengajarkan pada orang tua untuk menerima perasaan yang ditunjukkan oleh anaknya.
4.      Memperkuat kasih sayang terhadap anaknnya.

3.2.2.      Anak yang Lebih Tua
Tahap perkembangan pada anak yang lebih tua, dikategorikan pada umur 3-12 tahun. Pada anak seusia ini jauh lebih sadar akan perubahan-perubahan tubuh ibunya dan mungkin menyadari akan kelahiran bayi. Anak akan memberikan perhatian terhadap perkembangan adiknya. Terdapat pula, kelas-kelas yang mempersiapkan mereka sebagai kakak sehingga dapat mengasuh adiknya.

3.2.3.      Remaja
Respon para remaja juga bergantung kepada tingkat perkembangan mereka. Ada remaja yang merasa senang dengan kehadiran angggota baru, tetapi ada juga yang larut dalam perkembangan mereka sendiri. Adaptasi yang ditunjukkan para remaja yang menghadapi kehadiran anggota baru dalam keluarganya, misalnya:
1.      Berkurangnya ikatan kepada orang tua.
2.      Remaja menghadapi perkembangan seks mereka sendiri.
3.      Ketidakpedulian terhadap kehamilan kecuali bila mengganggu kegiatan mereka sendiri.
4.      Keterlibatan dan ingin membantu dengan persiapan untuk bayi.




BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Membina rumah tangga dan akhirnya memiliki anak bukanlah sebuah realita yang begitu saja terjadi, namun memiliki alur dan interaksi yang unik bahkan pelik jika dipandang sebelah mata. Oleh karena itu, perlu dilakukan persiapan diri. Persiapan menjadi orang tua bukan saja menjadi tugas seorang istri, tetapi juga suami .
Hubungan antara pasangan dengan orangtuanya akan menjadi dekat ketika adanya kehamilan. Pasangan merasa nyaman dengan dukungan dan nasihat dari orangtuanya atas kebingungan dan kekhawatiran yang mereka alami di awal kehamilannya. Namun demikian, disisi lain akan timbul pula konflik internal mengenai batasan orangtua terlibat dalam kehidupan mereka. Untuk mencegah terjadinya konflik, maka dibuat suatu kesepakatan mengenai apa yang akan dilakukan berdasarkan pengalaman dan perkembangan pengetahuan yang positif terhadap kehamilan danperawatan bayi.
Dalam realitanya, sibling rivalry tentu terjadi pada keluarga dengan jumlah anak lebih dari satu. Peran bidan untuk mengatasi sibling rivalry yaitu :
1.      Membantu menciptakan terjadinya ikatan antara ibu dan bayi dalam jam pertama pasca kelahiran.
2.      Memberikan dorongan pada ibu dan keluarga untuk memberikan respon positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun ucapan dan tindakan.
B.     Saran
Menjadi orangtua merupakan dambaan bagi mereka yang sudah membina rumah tangga. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya jika sudah mempersiapkan hal ini sejak awal. Dimulai dari persiapan kehamilan sampai kelahiran. Namun ini bukan saja menjadi tugas seorang istri, tetapi juga suami yang harus mengerti apa saja yang harus dipersiapkan untuk menjadi orangtua.





DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Murray, Sharon Smith & Emily Slone McKinney. (2007). Foundations of Maternal-Newborn Nursing 4th Edition. Singapore: Saunders
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 71-72).
Bahiyatun. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC. (hlm: 56- 57).
Desty, dkk. 2009. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir. Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta.
Kyla, B. 2009. Sibling Rivalry. Diunduh 29 Januari 2009, 06: 49 PM.  med.umich.edu/yourchild/topics/sibriv.htm
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 67-76).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar