Makalah
ASUHAN
KEBIDANAN KEHAMILAN
“PERSIAPAN
MENJADI ORANG TUA”
Dosen:
Arsulfa,S.Si.T,M.Keb.
Hj. Syahrianti, S.Si.T, M.Kes.
Kelompok
VIII :
Deshardianti Intan Pratiwi
I Putu Sundari
Nur Ramayanti
Siti Arfa Suryanti
KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN
KEBIDANAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanya kepada Allah Azzawa
jala, terucap dari lubuk hati penulis yang menghamba. Sungguh, karena
Dia-lah karya kecil ini selesai, tumbuh dalam kesempurnaannya yang tidak
sempurna.
Selawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad, SAW. cintanya yang agung kepada
Sang Pencipta dan kepada sesama makhluk adalah inspirasi cinta sejati yang tak
ada bandingnya dalam sejarah umat manusia.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua orang, baik yang
terlibat secara langsung maupun tidak. . Bagaimana mungkin merangkum bantuan
dan kebaikan sekian banyak orang dalam selembar kertas dengan kalimat yang juga
terbatas. Oleh karena itu, sebelumnya penulis minta maaf, jika ada yang tidak
disebut. Dengan rendah hati penulis serahkan dan pasrahkan kepada Allah untuk
membalas semua kebaikan dan ketulusan yang telah diberikan kepada penulis.
Ucapan terima kasih selanjutnya,penulis sampaikan kepada
Ibu Arsulfa,S.Si.T,M.Keb. dan
Hj. Syahrianti, S.Si.T, M.Kes. selaku penasihat yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul “persiapan menjadi orang
tua ”
Terakhir, sekaligus yang terpenting adalah pembaca terhormat. Melalui Andalah, makalah ini mudah-mudahan bisa bermakna dan bermetaforfosa
menjadi kupukupu yang apapun warnanya bisa mempercantik kehidupan. Kritik, komentar dan saran, penulis terima dengan pikiran
terbuka. Semoga dapat bermanfaat. Amin…
Kendari,
November 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman Judul Halaman
Kata Pengantar i
Darftar Isi ii
Daftar Gambar iv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang 1
B.
Masalah
2
C.
Tujuan
2
D.
Manfaat
2
BAB II PEMBAHASAN
1. Persiapan Menjadi Orang Tua 3
2. Adaptasi Paternal 5
2.1. Realitas akan Kehamilan dan Anak 5
2.2. Mengenal Peran Orang Tua 6
2.3. Peran dari Keterlibatan Ayah dalam Childbearing 9
3. Adaptasi Saudara
Kandung 10
3.1. Sibling
Rivalry 10
3.1.1.
Pengertian Sibling
Rivalry 11
3.1.2.
Penyebab Sibling Rivalry 12
3.1.3.
Segi Positif Sibling Rivalry 12
3.1.4.
Mengatasi Sibling Rivalry 14
3.2. Adaptasi Kakak sesuai Tahapan Perkembangan 15
3.2.1.
Batita (Bawah Tiga Tahun) 15
3.2.2.
Anak yang Lebih Tua 16
3.2.3.
Remaja 16
BAB
III PENUTUP
1.
Kesimpulan 18
2.
Saran 19
DAFTAR
PUSTAKA
DAFTAR
GAMBAR
Halaman Judul Halaman
Gambar 1 Ayah
Baru 6
Gambar 2 Kakak
Cemburu terhadap Adiknya 11
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara fungsional,
panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor dan pelvis minor. Pelvis mayor
adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis, disebut juga dengan
false pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea terminalis disebut pelvis
minor atau true pelvis.
Pada ruang yang
dibentuk oleh pelvis mayor terdapat organ –organ abdominal selain itu pelvis
mayor merupakan tempat perlekatan otot – otot dan ligamen ke dinding tubuh.
Sedangkan pada ruang yang dibentuk oleh pelvis minor terdapat bagian dari
kolon, rektum, kandung kemih, dan pada wanita terdapat uterus dan ovarium. Pada
ruang pelvis juga kita temui diafragma pelvis yang dibentuk oleh muskulus
levator ani dan muskulus koksigeus.
Pada wanita, di luar
kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan pergeseran sedikit, tetapi pada
kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih
longgar,misalnya ujung koksigis dapat bergerak kebelakang sampai sejauh lebih
kurang 2,5 cm.Hal ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan
pada saat partus, dan pada pengeluaran kepala janin dengan cunam ujung os
koksigis itu dapat ditekan ke belakang.
B. Masalah
Masalah yang diangkat
dalam makalah ini adalah bagaimanakah panggul wanita itu ?
C. Tujuan
Tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk mendeskripsikan panggul wanita.
D. Manfaat
Manfaat yang diperoleh
dari penulisan makalah ini adalah :
1.
Penulis dapat memperoleh pengetahuan dan
pemahaman tentang panggul wanita
2.
Pembaca dapat memperoleh pengetahuan dan
pemahaman tentang panggul wanita
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Persiapan Menjadi Orang Tua
Menjadi orangtua bukanlah hal yang mudah,
tetapi tidak juga sesulit yang dibayangkan. Salah satu kunci sukses menjadi
orangtua sukses adalah mempersiapkan diri dari kedua belah pihak.
Menjadi orangtua merupakan dambaan bagi
mereka yang sudah membina rumah tangga. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya jika
sudah mempersiapkan hal ini sejak awal. Dimulai dari persiapan kehamilan sampai
kelahiran. Namun ini bukan saja menjadi tugas seorang istri, tetapi juga suami.
1.1.Persiapan Fisik
a)
Hentikan
kebiasaan merokok dan minum minuman beralkohol. Himbauan ini berlaku bagi calon
ayah dan ibu. Perokok aktif dan pasif dapat membuat janin mengalami gangguan
pertumbuhan. Asap rokok yang terhirup oleh calon ibu dapat mengahmbat suplai
oksigen, sehingga resiko janin lahir prematur menjadi lebih tinggi. Minuman
berakohol membuat calon ibu menghadapi resiko keguguran karena kandungan
menjadi melemah. Sedangkan para pria, kadar alkohol yang tinggi membuat jumlah
sel sperma sedikit jumlahnya sehingga tidak cukup untuk pembuahan.
b)
Calon orangtua
harus mulai mengonsumsi makanan dengan gizi tinggi. Membatasi asupan makanan
bergula dan berlemak tinggi sangat dianjurkan. Usahakanlah dalam kondisi berat
badan yang ideal agar pembuahan berlangsung sempurna.
c)
Lakukanlah tes
kesehatan untuk memastikan kondisi kesehatan calon ibu. Jika dalam pemeriksaan
calon ibu dinyatakan mengalami gangguan kesehatan tertentu, biasanya dokter
akan menyarankan agar pasangan menunda dulu kehamilan sampai calon ibu
dinyatakan sehat.
d)
Melakukan
vaksinasi yang perlu dilakukan oleh ibu untuk melindungi janinnya selama
kehamilan dan menjalani proses persalinan.
1.2.Persiapan Psikologis.
Bagi calon ayah dan ibu, proses
kehamilan hingga melahirkan akan menjadi pengalaman istimewa. Namun, pengalaman
yang luar biasa akan dirasakan ketika pasangan suami-istri menjadi orangtua.
Jadi sebelum memiliki anak sebaiknya diskusikan perubahan dan tantangan hidup
yang akan dialami sehingga calon orangtua telah siap dengan segala kemungkinan
yang akan terjadi.
1.3.Persiapan Finansial
Persiapan finansial bisa dikatakan
sama pentingnya dengan persiapan fisik maupun psikologi. Persiapan yang
dimaksud adalah perencanaan keuangan untuk mencukupi keperluan anak sejak masih
berada dalam kandungan hingga lahir. Kehadiran seorang bayi berarti pertambahan
biaya tetap bagi sebuah keluarga, yang secara tetap akan meningkat seiring
kebutuhan pertumbuhan anak. Orangtua adalah penentu kehidupan anak selanjutnya
dan orang tualah yang memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak agar baik
dalam hal kepribadian, sosialisasi, penyesuaian dan pengendalian diri,
kemampuan berpikir dan lain hal yang kelak akan menentukan keberhasilan dan
kemandirian anak yang juga menentukan keberhasilan anak saat menjadi orangtua.
Dalam kaitannya dengan kehadiran bayi sebagai anggota
keluarga baru, maka diperlukan adaptasi yang baik oleh suami sebagai seorang
ayah dan adaptasi anggota keluarga lainnya yaitu saudara dari bayi tersebut
karena terjadi perubahan pola interaksi sehingga tercipta keserasian dalam
kehidupan keluarga.
Dengan
kehadiran bayi maka sistem dalam keluarga akan berubah dan pola interaksi dalam
keluarga harus dikembangkan (May, 1994).
2.
Adaptasi
Paternal
Jordan (1990) mendeskripsikan 3
proses perkembangan yang dialami oleh calon ayah,yaitu mengaitkan dengan
realitas akan kehamilan dan anak, mengenal peran orang tua dari keluarga dan
lingkungan masyarakat, serta berusaha melihat relevansi akan childbearing.
2.1.Realitas akan Kehamilan dan Anak
Pria akan menunjukkan reaksi bangga
dan gembira ketika diberitahu tentang berita kehamilan istrinya, walaupun dia
akan menunjukkan gejala ambivalen seperti istrinya, terutama dalam hal komitmen
dan penambahan tanggung jawab. Kehadiran janin akan menjadi nyata bagi calon
ayah saat ia mendengarkan denyut jantung janin, merasakan pergerakan janin,
serta melihat janin melalui sonogram.
2.2.Mengenal Peran Orang Tua
Selama masa kehamilan dan
melahirkan, tanggung jawab utama pria yaitu memberikan dukungan penuh kepada
istrinya. Mereka terkadang kecewa karena hanya dianggap sebagai pendukung dan
penolong, bukan sebagai bagian dari calon ornag tua. Maka dari itu, diadakan
grup pendukung atau kelas bagi calon ayah mengenal perannya lebih jauh. Dalam
forum ini pria lain yang sudah berpengalaman berbagi pengalamannya dalam
menghadapi kehamilan, melahirkan, dan bahkan mengasuh anak.
Ketika seorang ibu melahirkan anak,
suatu hal yang ingin diketahui ialah: seperti apakah atau seperti siapakah anak
saya? Ini suatu keingintahuan yang biasa dan wajar. Namun sebenarnya ada satu hal
yang lebih penting lagi yaitu akan seperti apakah kelak anak saya ini? Suatu
pertanyaan dengan rentangan panjang, memakan waktu lama untuk bisa menjawabnya,
dan sulit untuk bisa diramalkan antara apa yang ada dan apa yang akan terjadi,
serta antara yang terlihat dan apa yang akan diperlihatkan.
Gambar 1.
Ayah baru
Anak yang baru lahir berada dalam
keadaan lemah, tidak berdaya, tidak bisa apa-apa, tidak bisa mengurus diri
sendiri, tidak bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Jadi ia tergantung
sepenuhnya pada lingkungannya, lingkungan hidupnya, terutama orang tua dan
lebih khusus lagi ialah ibunya. Mengenai lingkungan hidup yang menjadi tokoh
pusat ialah orang tua. Merekalah yang berperan besar, langsung atau
kadang-kadang tidak langsung, berhubungan terus-menerus dengan anak, memberikan
perangsang (stimulasi) melalui berbagai corak komunikasi antara orang tua
(terutama ibu) dengan anak.
Berdasarkan pada hal-hal tersebut
diatas, orang tua jelas berperan besar dalam perkembangan dan memperkembangkan
kepribadian anak. Orang tua menjadi faktor penting dalam menanamkan dasar
kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran kepribadian seorang setelah
dewasa. Jadi, gambaran kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan seseorang
setelah dewasa banyak ditentukan oleh keadaan dan proses-proses yang ada dan
terjadi sebelumnya.
Dalam usaha atau tindakan aktif
orang tua untuk mengembangakan kepribadian anak, perlu memperhatikan
aspek-aspek perkembangan sebagai berikut :
1) Dalam kaitan dengan pertumbuhan fisik anak
Perlakuan dan pengasuhan yang baik
disertai dengan lingkungan sehat memungkinkan anak hidup sehat, jauh dari
keadaan yang mempermudah timbulnya sakit dan penyakit perlu sekali di
perhatikan. Pengetahuan praktis mengenai kadar gizi yang diperlukan untuk
pertumbuhan dan kesehatan anak perlu diketahui orang tua. Juga diperlukan
pengetahuan- pengetahuan praktis mengenai kebutuhan- kebutuhan anak, kebutuhan
dasar dan mineral, untuk memungkinkan anak berkembang sebaik-baiknya.
2) Dalam kaitannya dengan perkembangan sosial anak
Pergaulan adalah juga merupakan
suatu kebutuhan untuk memperkembangkan aspek sosial anak. Seorang anak
membutuhkan anak lain atau kelompok yang kira-kira sebaya. Melalui hubungan
dengan lingkungan sosialnya, anak sengaja atau tidak sengaja, langsung atau
tidak langsung terpengaruh pribadinya. Peniruan menjadi salah satu faktor yang
sering terjadi dalam proses pembentukan pribadi anak. Maka penting diperhatikan
siapa atau dengan kelompok mana anak boleh berinteraksi, dianjurkan atau
sebaliknya menghindari atau sesedikit mungkin bergaul.
3) Dalam kaitannya dengan perkembangan mental anak
Komunikasi verbal antara orang tua
dengan anak, khususnya pada tahun-tahun pertama kehidupan anak, besar
pengaruhnya untuk perkembangan mentalnya. Anak memahami arti sesuatu mulai dari
yang kongkrit sampai yang abstrak. Kecuali dari usaha anak sendiri yang
bereksplorsi didalam lingkungannya, mendengar, mengamati dan mengolah menjadi
pengetahuan-pengetahuan, juga berasal dari perangsangan- perangsangan yang
diberikan oleh orang-orang yang ada di sekeliling hidup anak. Mengajak anak
berbicara sambil membimbing lebih lanjut mempunyai dampak positif bagi
perkembangan aspek mentalnya.
4) Dalam kaitannya dengan perkembangan rohani anak
Pengetahuan anak mengenai perbuatan
baik atau tidak batik, boleh atau tidak boleh dilakukan, diperoleh dari usaha
anak sendiri yang secara aktif memperhatikan, meniru dan mengolah dalam alam
pikirannya dan lebih lanjut menjadi sikap dan perilakunya. Namun dalam banyak
hal peranan dari orang tua juga cukup besar dalam mempengaruhi perkembangan
aspek moral dan rohani anak.
Orang tua sedikit demi sedikit
membimbing dan mengarahkan sikap dan perilaku anak sesuai dengan patokan atau
ukuran orang tua, sesuai dengan kitab suci dan ajaran- ajaran agama.
2.3.Peran dari Keterlibatan Ayah
dalam Childbearing
Keluarga child-bearing (kelahiran
anak pertama) adalah keluarga yang menantikan kelahiran yang dimulai dari
kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama
berusia 30 bulan
Peran calon ayah dapat dimulai
selagi kehamilan istri membesar dan semakin kuat saat bayi dilahirkan. Pada
periode awal seorang ayah harus mengenali hubungannya dengan anak, istri, dan
anggota keluarga lainnya. Periode berikutnya ayah dapat mencerminkan suatu
waktu untuk bersama-sama membangun kesatuan keluarga, periode waktu
berkonsolidasi ini meliputi peran negosiasi (suami istri, ibu-ayah,orang
tua-anak,saudara-saudara) untuk menetapkan komitmen . perode yang berlangsung
akan membutuhkan waktu.
Terjadi waktu transisi fisik dan
psikologis bagi ibu serta ayah dan seluruh anggota keluarga, dalam hal ini
orang tua, saudara atau anggota keluarga lainnya harus dapat beradaptasi
terhadap perubahan stuktur karena adanya anggota keluarga baru yaitu bayi,
dengan kehadiran seorang bayi maka sistem dalam keluarga akan berubah serta
pola pikir keluarga harus dikembangkan.
Calon ayah terkadang mengobservasi
pria lain yang sudah menjadi ayah dan mencoba bersikap seperti seorang ayah
untuk menentukan kenyamanan dan kesesuaian dengan konsepnya akan peran seorang
ayah. Calon ayah mencari informasi tentang perawatan dan tumbuh-kembang bayi,
sehingga ia dapat mempersiapkan diri untuk tanggung jawab yang baru. Meskipun
ia mendapatkan pengetahuan yang banyak akan persiapan menjadi ayah, akan tetapi
ia tetap saja belum siap untuk mempelajarinya saat ini, sehingga ia mungkin
masih abstrak akan pengetahuan dan pelatihan tentang perawatan bayi. Maka dari
itu, perawat harus mengulang kembali informasi-informasi tersebut setelah bayi
lahir, sehingga pengetahuannya menjadi relevan dengan praktiknya.
3.
Adaptasi
Saudara Kandung
Jika saudara kandung tidak
dipersiapkan dari awal dalam menghadapi anggota keluarga baru, maka
dikhawatirkan akan terjadi sibling rivalry. Hal yang
dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya sibling, antara
lain:
3.1.Sibling
Rivalry
Kehadiran anggota keluarga
baru (bayi)
dalam keluarga
dapat menimbulkan situasi krisis terutama pada saudara-saudaranya, sehingga
perlu dipersiapkan.
Gambar 2. Kakak cemburu
terhadap adik
3.1.1. Pengertian Sibling
Rivalry
Kamus kedokteran Dorland (Suherni, 2008): sibling
(anglo-saxon sib dan ling bentuk kecil) anak-anak dari orang tua
yang sama, seorang saudara laki-laki atu perempuan. Disebut juga sib. Rivalry
keadaan kompetisi atau antagonisme. Sibling
rivalry adalah kompetisi antara saudara
kandung untuk mendapatkan cinta kasih, afeksi dan perhatian dari
satu kedua orang tuanya, atau untuk mendapatkan pengakuan atau suatu yang
lebih.
Sibling
rivalry adalah kecemburuan, persaingan dan pertengkaran
antara saudara laki-laki dan saudara perempuan. Hal ini terjadi pada semua orang tua
yang mempunyai dua anak
atau lebih.
Sibling
rivalry atau perselisihan yang terjadi pada anak-anak tersebut adalah hal
yang biasa bagi anak-anak usia antara 5-11
tahun. Bahkan kurang dari 5 tahun pun sudah sangat mudah terjadi sibling
rivalry itu. Istilah ahli psikologi hubungan antar anak-anak seusia seperti itu
bersifat ambivalent dengan love hate relationship.
Banyak faktor yang menyebabkan sibling
rivalry, antara lain:
1. Masing-masing
anak
bersaing untuk menentukan pribadi mereka, sehingga ingin menunjukkan pada
saudara mereka.
3. Anak-anak
merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh kedatangan anggota
keluarga
baru/ bayi.
4. Tahap perkembangan
anak
baik fisik
maupun emosi
yang dapat mempengaruhi proses
kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama lain.
6. Kemungkinan,
anak
tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau memulai permainan dengan
saudara mereka.
8. Pemikiran
orang tua
tentang agresi dan pertengkaran anak
yang berlebihan dalam keluarga
adalah normal.
Meskipun sibling
rivalry mempunyai pengertian
yang negatif tetapi ada segi positifnya, antara lain:
2. Cara
cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi.
3. Mengontrol
dorongan untuk bertindak agresif.
Oleh karena itu agar segi positif tersebut
dapat dicapai, maka orang tua harus menjadi fasilitator.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua
untuk mengatasi sibling rivalry, sehingga anak dapat bergaul dengan
baik, antara lain:
5. Memberikan
perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik biasa terjadi.
7. Bersikap
adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan anak.
Sehingga adil bagi anak
satu dengan yang lain berbeda.
14. Kesabaran
dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilaku
orang tua
sehari-hari adalah cara pendidikan anak-anak
untuk menghindari sibling rivalry yang paling bagus.
3.2.Adaptasi Kakak Sesuai Tahapan Perkembangan
Respon kanak-kanak
atas kelahiran
seorang bayi
laki-laki atau perempuan bergantung kepada umur dan tingkat perkembangan.
Biasanya anak-anak kurang sadar akan adanya
kehadiran anggota baru, sehingga menimbulkan persaingan dan perasaan takut
kehilangan kasih sayang orang tua.
Tingkah laku
negatif dapat muncul dan merupakan petunjuk derajat stres pada anak-anak ini
Tingkah laku
ini antara lain berupa:
3.2.1. Batita (Bawah Tiga Tahun)
Pada tahapan
perkembangan
ini, yang termasuk batita
(bawah tiga tahun) ini adalah usia 1-2 tahun. Cara beradaptasi pada tahap
perkembangan ini antara lain:
2. Mempersiapkan
keluarga
dan kawan-kawan anak
batitanya dengan menanyakan perasaannya terhadap kehadiran anggota baru.
3.2.2. Anak yang Lebih Tua
Tahap
perkembangan pada anak yang lebih tua, dikategorikan pada umur 3-12 tahun. Pada anak seusia ini jauh lebih
sadar akan perubahan-perubahan
tubuh ibunya
dan mungkin menyadari akan kelahiran bayi. Anak
akan memberikan perhatian terhadap perkembangan
adiknya. Terdapat pula, kelas-kelas yang mempersiapkan mereka sebagai kakak sehingga dapat
mengasuh adiknya.
3.2.3. Remaja
Respon para remaja juga bergantung
kepada tingkat perkembangan mereka. Ada remaja yang merasa senang
dengan kehadiran angggota baru, tetapi ada juga yang larut dalam perkembangan
mereka sendiri. Adaptasi
yang ditunjukkan para remaja yang menghadapi kehadiran anggota baru dalam
keluarganya, misalnya:
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Membina rumah tangga dan akhirnya
memiliki anak bukanlah sebuah realita yang begitu saja terjadi, namun memiliki
alur dan interaksi yang unik bahkan pelik jika dipandang sebelah mata. Oleh
karena itu, perlu dilakukan persiapan diri. Persiapan menjadi orang tua bukan saja menjadi tugas seorang istri, tetapi juga suami .
Hubungan antara
pasangan dengan orangtuanya akan menjadi dekat ketika adanya kehamilan.
Pasangan merasa nyaman dengan dukungan dan
nasihat dari orangtuanya atas kebingungan dan kekhawatiran yang mereka alami di
awal kehamilannya. Namun demikian, disisi lain akan timbul pula konflik
internal mengenai batasan orangtua terlibat
dalam kehidupan mereka. Untuk mencegah terjadinya konflik, maka dibuat suatu
kesepakatan mengenai apa yang akan dilakukan berdasarkan pengalaman dan perkembangan pengetahuan yang
positif terhadap kehamilan danperawatan bayi.
Dalam realitanya, sibling rivalry
tentu terjadi pada keluarga dengan jumlah anak lebih dari satu. Peran bidan
untuk mengatasi sibling rivalry yaitu :
2. Memberikan
dorongan pada ibu dan keluarga
untuk memberikan respon positif tentang bayinya, baik melalui sikap maupun
ucapan dan tindakan.
B. Saran
Menjadi orangtua merupakan dambaan bagi
mereka yang sudah membina rumah tangga. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya jika
sudah mempersiapkan hal ini sejak awal. Dimulai dari persiapan kehamilan sampai
kelahiran. Namun ini bukan saja menjadi tugas seorang istri, tetapi juga suami
yang harus mengerti apa saja yang harus dipersiapkan untuk menjadi orangtua.
DAFTAR
PUSTAKA
Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2005). Buku Ajar
Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Murray, Sharon Smith & Emily Slone McKinney.
(2007). Foundations of Maternal-Newborn Nursing 4th
Edition. Singapore: Saunders
Desty, dkk. 2009. Respon Orang Tua
Terhadap Bayi Baru Lahir. Akademi Kebidanan Mamba’ul ‘Ulum
Surakarta.
Kyla, B. 2009. Sibling
Rivalry. Diunduh 29 Januari 2009, 06: 49 PM.
med.umich.edu/yourchild/topics/sibriv.htm
Suherni, 2007. Perawatan Masa Nifas.
Yogyakarta: Fitramaya. (hlm: 67-76).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar