Sabtu, 14 September 2013

ASKEB KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL ( ABSES PELVIS/RADANG PANGGGUL)




TUGAS KELOMPOK

ASKEB KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL
( ABSES PELVIS/RADANG PANGGGUL)

DOSEN
ASWITA, S.SI.T, MPH
OLEH
                        ATTRIAN HARDIANTI                        (P00324011052)
                        FATRIANI                                (P00324011066)
                        NOVI PRANENI                      (P00324011083)
                        SRI RAHAYU                           (P00324011092)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
KEBIDANAN
2012









KATA PENGANTAR


Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmatnya dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Konsep Dasar Abses Pelvis / Radang Panggul ( Pelvic Inflammatory Disesase ). “ Ini dapat terselesaikan dengan baik meskipun banyak kendala dan hambatan yang dihadapi pada saat penulisan makalah ini.
Sebelumnya penyusun ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen Pembimbing khususnya mata kuliah Askeb Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal  , serta kawan-kawan mahasiswa/mahasiswi dan juga semua pihak yang telah membantu baik dukungan moral maupun dukungan tenaga selama penyusunan makalah ini. Semoga bantuan tersebut, tercatat sebagai amalan yang baik di sisi Allah SWT.
Sungguh merupakan suatu kebanggaan dari penyusun apabila makalah ini dapat terpakai sesuai fungsinya, dan pembaca dapat mengerti dengan jelas apa yang dibahas di dalamnya.
Penyusun sadar sepenuhnya bahwa makalah ini banyak memiliki kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan masukkan berupa saran dan kritik yang tentunya positif sifatnya membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini.

Kendari,  April 2013

Penyusun



DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………………………………………     
Kata Pengantar………………………………………………………....     i
Daftar Isi………………………………………………………………...                 ii
BAB I PENDAHULUAN
A      Latar belakang……………………………………………………    1
B       Rumusan Masalah………………………………………………..     2
C       Tujuan…………………………………………………………….    2
D      Manfaat ………………………………………………………….     2
BAB II PEMBAHASAN
A      Definisi Abses Pelvis (Radang Panggul)…………………….......     3         
B       Penyebab/etiologi………………………………………………...     6
C       Faktor resiko……………………………………………………...    8
D      Gejala klinis………………………………………………………    9
E       Diognosa …………………………………………………………    10
F        Komlikasi ………………………………………………………..     10
G      Pencegahan……………………………………………………….    11
H      Penangganan……………………………………………………...    12
1.      Pengobatan…………………………………………………...                12
2.      Terapi ………………………………………………………...    13
BAB III PENUTUP
A      Kesimpulan………………………………………………………     15
B       Saran……………………………………………………………..     16
Daftar Pustaka………………………………………………………….     iii






BAB I
PENDAHULUAN
A      Latar Belakang
Seorang wanita kerap mengalami keluhan nyeri berkepanjangan pada daerah perut dan panggulnya.Nyeri tersebut merupakan gejala yang paling sering dikeluhkan pada wanita yang bagian atas wanita yang sebagian besar akibat hubungan seksual. Biasanya disebabkan oleh Neisseria gonore dan Klamidia trakomatis dapat pual oleh organisme lain yang menyebabkan vaginosis bacteriaPenyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).
Setiap tahun di Amerika Serikat, diperkirakan bahwa lebih dari 750.000 wanita mengalami sebuah episode PID akut. Lebih dari 75.000 wanita mungkin menjadi subur setiap tahun sebagai akibat dari PID, dan sebagian besar kehamilan ektopik terjadi setiap tahun disebabkan konsekuensi dari PID
Saat ini hampir 1 juta wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1 wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan kesuburan), atau kehamilan abnormal. 
Terdapat peningkatan jumlah penyakit ini dalam 2-3 dekade terakhir berkaitan dengan beberapa faktor, termasuk diantaranya adalah peningkatan jumlah PMS dan penggunaan kontrasepsi seperti spiral. 15% kasus penyakit ini terjadi setelah tindakan operasi seperti biopsi endometrium, kuret, histeroskopi, dan pemasangan IUD (spiral). 85% kasus terjadi secara spontan pada wanita usia reproduktif yang seksual aktif.

B       Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut di atas, maka masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah “ bagaimana konsep dasar dan penangganan Abses Pelvis / Radang Panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
C      Tujuan

1        Tujuan umum
Untuk mendapat mengetahui konsep dasar dan penangganan Abses Pelvis / Radang Panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
2        Tujuan khusus

1.        Untuk memperdalam pengetahuan tentang Penyakit Radang Panggul (PID)
2.        Serta untuk mengkaji,mendiagnosa,mengevaluasi,serta mengimplementasi penyakit radang panggul.

D      Manfaat

1.      menjadikan salah satu bahan acuan bagi peneliti lain yang meneliti tentang konsep dasar dan penangganan Abses Pelvis / Radang Panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
2.      meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam proses penelitian tentang konsep dasar dan penangganan Abses Pelvis / Radang Panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
3.      Bagi petugas kesehatan khususnya bidan agar lebih waspada dan mengetahui tentang konsep dasar dan penangganan Abses Pelvis / Radang Panggul (Pelvic Inflammatory Disease).


BAB II
PEMBAHASAN
A      Definisi
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).
Peradangan tuba falopii terutama terjadi pada wanita yang secara seksual aktif. Resiko terutama ditemukan pada wanita yang memakai IUD. Bisasanya peradangan menyerang kedua tuba. Infeksi bisa menyebar ke rongga perut dan menyebabkan peritonitis.
Penyakit radang panggul (PID) adalah infeksi rahim (rahim), saluran tuba (saluran yang membawa telur dari ovarium ke rahim) dan organ reproduksi lainnya yang menyebabkan gejala seperti nyeri perut bagian bawah. Ini merupakan komplikasi serius dari beberapa penyakit menular seksual (PMS), terutama klamidia dan gonore. PID dapat merusak saluran tuba dan jaringan di dan dekat uterus dan ovarium. PID dapat menyebabkan konsekuensi serius, termasuk kemandulan, kehamilan ektopik (kehamilan di tuba fallopi atau di tempat lain di luar rahim), pembentukan abses, dan nyeri panggul kronis.
Penyakit Radang Panggul atau Pelvic Inflammatory Disesase (selanjutnya dalam tulisan ini akan disingkat menjadi PID) merupakan istilah yang merujuk pada suatu infeksi pada uterus (rahim), tuba fallopii (suatu saluran yang membawa sel telur dari ovarium ke uterus), dan organ reproduksi lainnya. Penyakit ini merupakan komplikasi yang umum terjadi pada penyakit-penyakit menular seksual (Sexually Transmitted Disease/STDs), utamanya yang disebabkan oleh chlamydia dan gonorrhea.PID dapat merusak tuba fallopii dan jaringan yang dekat dengan uterus dan ovarium.
Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita penyakit ini, 1 wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik, infertilitas (gangguan kesuburan), atau kehamilan abnormal. Terdapat peningkatan jumlah penyakit ini dalam 2-3 dekade terakhir berkaitan dengan beberapa faktor, termasuk diantaranya adalah peningkatan jumlah PMS dan penggunaan kontrasepsi seperti spiral. 15% kasus penyakit ini terjadi setelah tindakan operasi seperti biopsi endometrium, kuret, histeroskopi, dan pemasangan IUD (spiral). 85% kasus terjadi secara spontan pada wanita usia reproduktif yang seksual aktif.
Penyakit radang panggul ( PRP ) terdiri dari kombinasi antara endometritis, salpingitis, ooforitis, abses dan tuba-ovarium, dan peritonis panggul. Organism yang biasa menjadi penyebab penyakit ini adalah Neisseria gonorrhoeae atau Chlamidia trachomatis dan mungkin organisme yang terlibat dalam vaginosos bakteri. Kondisi ini diawali dengan adanya infeksi saluran genital bagian bawah ( vaginitis / servisitis / uretritis  / skenitis / bartolinitis ) yang naik, dengan berbagai macam alas an, melewati barier mukosa serviks ( yang berubah )untuk menjadi infeksi saluran genital atas. Barier mukosa serviks dapat diubah oleh adanya menstruasi atau akibat pengaruh hormon. Naiknya infeksi tersebut dapat difasilitasi dengan penyemprotan, dilatasi, dan kuret, serta sperma. Naiknya infeksi pertama kali ke endometrium dan kemudian ke tuba falopii, dibantu oleh sperma atau refluks darah menstruasi. Proses peradangan dalam tuba pada akhirnya mengarah ke inflamasi peritoneum. Factor risikonya adalah N. gonorrhoeae atau Chlamidia trachomatis dan vaginosis bakteri, berganti-ganti pasangan seksual dan praktik menyemprot vagina. Diafragma dan cap serviks yang digunakan bersamaan dengan spermisida vagina dan kondom dapat menurunkan risiko penyakit radang panggul. Kemungkinan akibat dari PRP adalah infertilitas yang berkaitan dengan pelekatan kedua tuba, kehamilan ektopik, nyeri abdomen bawah kronis berkaitan dengan pelekatan panggul, serta adanya peningkatan kerentanan terhadap kekambuhan.
Wanita dapat memiliki gejala PRP yang tidak jelas, sehingga anda harus memiliki kecurigaan tinggi yang konstan untuk mendiagnosanya secara dini terhadap proses infeksi . Semakin dini penetapan diagnosis dan pengobatan, akibatnya akan semakin berkurang. Wanita yang terinfeksi PRP akan mengalami nyeri abdomen bawah, umumnya bilateral, yang berat atau ringan. Besar kemungkinannya wanita akan memiliki rabas mukopurulen vagina /serviks, yang mengindikasikan organism yang menginfeksi. Apabila uretra terinfeksi, wanita akan mengalami gejala uretritis., disuria, inkontiensa urgensi. Metroragia merupakan gejala umum yang terjadi pada endomtritis. Demam di atas 38oc serta mual/muntah yang merupakan tanda keparahan klinis penyakit dan menggambarkan terjadinya peritonitis. Berdasarkan pemeriksaan panggul, anda akan menemukan nyeri goyang pada serviks, nyeri tekan adneksal bilateral dan pembesaran adneksal apabila penyakit ini berkembang di saluran falopii. Leukosit akan melebihi sel epitel pada sediaan basah. Wanita akan mengalami peningkatan laju sedimentasi eritrosit.
Bidan seharusnya menangani secara empiris saat wanita mengalami nyeri goyang pad serviks atau nyeri tekan uterus/adneksal, tidak ada penyebab lain.

B       Penyebab
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi). Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri masuk melalui vagina dan bergerak ke rahim lalu ke tuba falopii.
90-95% kasus PID disebabkan oleh bakteri yang juga menyebabkan terjadinya penyakit menular seksual (misalnya klamidia, gonore, mikoplasma, stafilokokus, streptokokus). Infeksi ini jarang terjadi sebelum siklus menstruasi pertama, setelah menopause maupun selama kehamilan. Penularan yang utama terjadi melalui hubungan seksual, tetapi bakteri juga bisa masuk ke dalam tubuh setelah prosedur kebidanan/kandungan (misalnya pemasangan IUD, persalinan, keguguran, aborsi dan biopsy endometrium.
Penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi adalah:
1.       Aktinomikosis (infeksi bakteri)
2.       Skistosomiasis (infeksi parasit)
3.       Tuberkulosis.
4.       Penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.


Ada lima penyebab kelainan rongga panggul :
  1. Gizi kurang baik selama pertumbuhan. Akibatnya, pertumbuhan tulang dan panggul jadi kurang sempurna
  2. Penyakit tulang. Contohnya penyakit rakitis yang diderita sejak kecil hingga dewasa. Penyakit tulang bisa mengubah bentuk panggul dan menyempitkan rongga bagian dalamnya.
  3. Kelumpuhan. Bila salah satu kaki tidak dapat digunakan dengan sempurna, mau tidak mau berat tubuh dipikul oleh kaki yang sehat. Akibatnya, panggul bisa tumbuh miring.
  4. Tumor. adanya tumor pada tulang panggul dapat mengubah bentuk panggul dan menyebabkan sempitnya jalan lahir.
  5. Kecelakaan. Tulang di tubuh bagian belakang yang mengalami cedera bisa mengubah bentuk panggul, apalagi bila pengobatan tidak sempurna.
Pelvic Inflammatory Disesase terjadi jika mikroorganisme penyebab tersebut bergerak naik dari vagina atau servik menuju organ reproduksi di atasnya.Dan kuman terbanyak penyebab PID ini adalah gonorrhea dan chlamydia, yang juga penyebab penyakit menular seksual terbanyak. Wanita yang telah memulai aktivitas seksualnya pada usia remaja dan juga berganti-ganti pasangan (di bawah usia 25 tahun) memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan wanita berusia di atas 25 tahun untuk menderita PID. Hal ini dikarenakan serviks pada remaja perempuan dan wanita muda belum sepenuhnya matur, sehingga meningkatkan suseptibilitas terkena penyakit menular seksual yang berkaitan pula dengan PID tersebut.Faktor resiko lainnya adalah berganti-ganti pasangan seksual, sering mencuci vagina dengan produk pembersih padahal dapat merubah suasana vagina sehingga dapat memudahkan kuman untuk menembus barier alamiah tersebut.Wanita yang menggunakan IUD (intrauterine device) juga memiliki resiko untuk menderita PID dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan, terutama dalam 4 bulan setelah pemasangan IUD.Hal ini disebabkan adanya penghubung yang memudahkan kuman untuk masuk ke dalam uterus.
Namun resiko ini dapat ditekan, jika sebelum pemasangan telah dilakukan pemeriksaan terhadap kemungkinan menderita penyakit menular seksual sebelumnya.Di samping itu faktor resiko lainnya adalah pada saat menstruasi.Di mana minggu pertama haid merupakan periode rawan untuk PID, karena jaringan nekrotik merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan N. gonorrhoeae.Oleh karenanya, penting diperhatikan oleh wanita yang sedang menstruasi untuk meningkatkan kebersihan daerah sekitar kemaluannya.

C      Faktor Resiko
Wanita yang aktif secara seksual di bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk mendapat penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur. Faktor lainnya yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir servikal yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri. 
Adapun Faktor resiko terjadinya PID adalah sebagai berikut:
1.       Riwayat penyakit radang panggul sebelumnya
2.       Pasangan seksual berganti-ganti, atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu 30 hari
3.       Wanita dengan infeksi oleh kuman penyebab PMS
4.       Menggunakan douche (cairan pembersih vagina) beberapa kali dalam sebulan
5.       Penggunaan IUD (spiral) meningkatkan risiko penyakit radang panggul. Risiko tertinggi adalah saat pemasangan spiral dan 3 minggu setelah pemasangan terutama apabila sudah terdapat infeksi dalam saluran reproduksi sebelumnya.


D      Gejala Klinis
Gejala paling sering dialami adalah nyeri pada perut dan panggul. Nyeri ini umumnya nyeri tumpul dan terus-menerus, terjadi beberapa hari setelah menstruasi terakhir, dan diperparah dengan gerakan, aktivitas, atau sanggama. Nyeri karena radang panggul biasanya kurang dari 7 hari. Beberapa wanita dengan penyakit ini terkadang tidak mengalami gejala sama sekali. Keluhan lain adalah mual, nyeri berkemih, perdarahan atau bercak pada vagina, demam, nyeri saat sanggama, dan menggigil.
Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan.
Infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ-organ perut serta menyebabkan nyeri menahun.  
Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.
 Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada PID :
a.       Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang abnormal
b.      Demam
c.       Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak kemerahan di celana dalam
d.      Kram karena menstruasi
e.       Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
f.       Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
g.      Nyeri punggung bagian bawah
h.      Kelelahan
i.        Nafsu makan berkurang
j.        Sering berkemih
k.      Nyeri ketika berkemih.

E       Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan antara lain sebagai berikut:
1        Pemeriksaan darah lengkap
2        Pemeriksaan cairan dari serviks
3        Kuldosintesis
4        Laparoskopi
5        USG panggul
Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat kenaikan dari sel darah putih yang menandakan terjadinya infeksi. Kultur untuk GO dan chlamydia digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Ultrasonografi atau USG dapat digunakan baik USG abdomen (perut) atau USG vagina, untuk mengevaluasi saluran tuba dan alat reproduksi lainnya. Biopsi endometrium dapat dipakai untuk melihat adanya infeksi. Laparaskopi adalah prosedur pemasukan alat dengan lampu dan kamera melalui insisi (potongan) kecil di perut untuk melihat secara langsung organ di dalam panggul apabila terdapat kelainan.

F       Komplikasi
Penyakit radang panggul dapat menyebabkan berbagai kelainan di dalam kandungan seperti nyeri berkepanjangan, infertilitas dan kehamilan abnormal. Penyakit ini dapat menyebabkan parut pada rahim dan saluran tuba. Parut ini mengakibatkan kerusakan dan menghalangi saluran tuba sehingga menyebabkan infertilitas. Parut juga dapat menyebabkan sel telur tidak dapat melalui jalan normalnya ke rahim sehingga dapat terjadi kehamilan ektopik.

G      Pencegahan
Cara terbaik untuk menghindari penyakit radang panggul adalah melindungi diri dari penyakit menular seksual. Penggunaan kontrasepsi seperti kondom dapat mengurangi kejadian penyakit radang panggul. Apabila mengalami infeksi saluran genital bagian bawah maka sebaiknya segera diobati karena dapat menyebar hingga ke saluran reproduksi bagian atas. Terapi untuk pasangan seksual sangat dianjurkan untuk mencegah berulangnya infeksi.
Wanita dapat melindungi diri mereka dari PID dengan mencegah terkena STDs atau segera berobat ke dokter jika mereka menderita STDs. Cara terbaik untuk mencegah STDs adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual berganti pasangan atau setia pada pasangannya yang telah dikenalnya betul serta pernah menjalani skrining test STDs. Kondom pria yang mengandung latex, yang digunakan dengan benar dan berkelanjutan, dapat menurunkan resiko terinfeksi chlamydia dan gonorrhea. CDC merekomendasikan pemeriksaan chlamydia kepada seluruh wanita berusia 25 tahun atau kurang yang telah aktif secara seksual ataupun kepada wanita yang lebih tua dengan resiko menderita infeksi chlamydia (mereka yang memiliki pasangan baru atau melakukan hubungan multipartner), serta kepada seluruh wanita hamil.
Keluhan pada alat genital wanita, seperti adanya luka, keluar cairan dengan bau yang abnormal, rasa nyeri ketika buang air kecil, ataupun perdarahan di luar siklus menstruasi bisa jadi merupakan pertanda infeksi STDs. Jika wanita tersebut mengalami keluhan tersebut, sebaiknya menghentikan hubungan seksualnya untuk sementara waktu dan segera berkonsultasi dengan dokter. Mengobati STDs secara lebih dini dapat membantu mencegah PID. Setiap wanita yang menderita STDs dan sedang menjalani pengobatan, sebaiknya mengajak pasangannya ke dokter dan diperiksa terhadap kemungkinan untuk menderita STDs. Hubungan seksual sebaiknya jangan dimulai hingga pasangannya telah diperiksa dan telah menjalani pengobatan dengan tuntas apabila mereka memang menderita STDs.

H      Penangganan

1        Pengobatan
Pelvic Inflammatory Disesase dapat diobati dengan beberapa macam antibiotika.Namun pemberian antibiotika ini tidak sepenuhnya mengembalikan kondisi pasien apabila telah terjadi kerusakan pada organ reproduksi wanita ini. Jika seorang wanita memiliki nyeri pelvis dan keluhan PID yang lain, sebaiknya segera berobat ke dokter. Pemberian antibiotika yang tepat akan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut pada saluran reproduksi wanita. Seorang wanita yang menunda pengobatan PID, akan lebih besar kemungkinannya untuk menderita infertilitas atau dapat terjadi kehamilan ektopik oleh karena kerusakan tuba fallopii.
Karena sulitnya untuk mengidentifikasi organisme yang menyerang organ reproduksi internal dan juga kemungkinan lebih dari satu organisme sebagai penyebab PID, maka PID biasanya diobati dengan sedikitnya dua macam antibiotika yang memiliki efektivitas yang baik di dalam mematikan organisme penyebab tersebut.Antibiotika ini dapat diberikan secara oral maupun secara injeksi. Antibiotika yang dapat digunakan antara lain: ofloxacin, metronidazole, dan doxycycline. Di mana lamanya pengobatan biasanya ± 14 hari.
Pengobatan yang tepat dan sesuai dapat mencegah komplikasi PID.Tanpa pengobatan yang tepat PID dapat menyebabkan kerusakan permanen dari organ reproduksi wanita.Organisme penyebab PID dapat menginvasi tuba fallopii dan menyebabkan terbentuknya jaringan parut (scar tissue).
PID tanpa komplikasi bisa diobati dengan antibiotik dan penderita tidak perlu dirawat. Jika terjadi komplikasi atau penyebaran infeksi, maka penderita harus dirawat di rumah sakit.  Antibiotik diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah) lalu diberikan per-oral (melalui mulut).  Jika tidak ada respon terhadap pemberian antibiotik, mungkin perlu dilakukan pembedahan.  Pasangan seksual penderita sebaiknya juga menjalani pengobatan secara bersamaan dan selama menjalani pengobatan jika melakukan hubungan seksual, pasangan penderita sebaiknya menggunakan kondom.

2        Terapi
Tujuan utama terapi penyakit ini adalah mencegah kerusakan saluran tuba yang dapat mengakibatkan infertilitas (tidak subur) dan kehamilan ektopik, serta pencegahan dari infeksi kronik. Pengobatan dengan antibiotik, baik disuntik maupun diminum, sesuai dengan bakteri penyebab adalah pilihan utama. Kontrol setelah pengobatan sebanyak 2-3 kali diperlukan untuk melihat hasil dan perkembangan dari pengobatan. Pasangan seksual juga harus diobati. Wanita dengan penyakit radang panggul mungkin memiliki pasangan yang menderita gonorea atau infeksi Chlamydia yang dapat menyebabkan penyakit ini. Seseorang dapat menderita penyakit menular seksual meskipun tidak memiliki gejala. Untuk mengurangi risiko terkena penyakit radang panggul kembali, maka pasangan seksual sebaiknya diperiksa dan diobati apabila memiliki PMS.
Meskipun segera dilakukan pengobatan antimikroba yang tepat untuk mengatasi metritis, kadang-kadang suatu flegmoon parametrium akan mengalami supurasi sehingga terbentuk massa benjolan pada ligamentum latum yang berfluktuasi dan bias menonjol diatas ligamentum inguinale pouparti. Dalam keadaan ini, wanita tersebut mungkin tidak menunjukkan gejala yang semakin memburuk tetapi panas tetap memburuk tetapi panas tetap bertahan. Begitu terdapat rupture abses kedalam kavum peritoni, peritonitis yang bias membawa kematian dapat terjadi. Kemungkinan lebih besar lagi, terjadi robekan kearah anterior sehingga tidak terjangkaub dengan tindakan drainase lewat jarum yang diarahkan oleh komograi computer. Kadang-kadang robekan terjadi kearah posterior lewat ruang retroperitonium kedalam septum rekto vaginalisn dimana drainase operatif mudah digunakan.
Bila pelvic abses ada tanda cairan fluktuasi pada daerah cul-de-sac, lakukan kolpotomi atau dengan laparotomi. Ibu posisi fowler. Berikan anti biotika broad spektrum dalam dosis yang tinggi ampisilin 2g/IV kemudian 1g setiap 6jam ditambah gentamisin 5g/kg berat badan IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500mg/IV setiap 8jam. Lanjutkan antibiotika ini sampai ibu tidak panas selama 24 jam.
Pada keadaan yang sangat jarang sellulitis parametrium yang terjadi akan meluas dan menjadi abses pelvis. Bila ini terjadi, maka harus dilakukan drainase puss yang terbentuk, baik ke anterior dengan melakukan pemasangan jarum berukuran besar maupu ke posterior dengan melakukan kolpotomi selain itu, perlu juga diberikan antibiotika yang adekuat.






















BAB III
PENUTUP
A      Kesimpulan
Penyakit Radang Panggul  (Salpingitis,PID,Pelvic Inflammatory Disease) adalah suatu peradangan pada tuba fallopi (saluran yang menghubungkan indung telur dengan Rahim).Peradangan tuba fallopi terutama terjadipada wanita yang secar seksual aktif.Resiko terutama ditemukan pada wanita yang memakai IUD.
Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan.  
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah,yang menyebar keatas melalui leher Rahim.buth waktu dalam hitunganhari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul.Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonnorhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jarigan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher Rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS.Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari Rahim,serta menyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).
Infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ-organ perut serta menyebabkan nyeri menahun. Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi sepsis.
Penyebab lainnya yang lebih jarang terjadi adalah :
1.      Aktinomikosis (infeksi bakteri)
2.      Skistosomiasis (infeksi parasite)
3.      Tuberkulosis
4.      Penyuntikan zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.

B       Saran
Adapun saran dari makalah tersebut di atas, yaitu Diharapkan tenaga medis maupun para medis memahami tentang konsep dasar dan penangganan Abses Pelvis / Radang Panggul (Pelvic Inflammatory Disease). Sehingga pelayanan yang diberikan kepada masyarakat tidak mengecewakan dan tidak ada pihak yang dirugikan dan untuk menghindari Penyakit Radng Panggul yang sering dialami oleh kebanyakan wanita sebaiknya dimulai terlebih dahulu dari hal yang paling mudah yaitu menjaga diri termasuk merawat pada daerah yang rawan mikroba termasuk di daerah genetalia bagian dalam vagina,agar terhindar dari bakteri yang dapat menyebabkan rasa nyeri,serta harus setia pada satu pasangan saja.Dan mulailah menjaga anggota tubuh kita agar terhindar dari penyakit.









DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo,2009.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Bina pustaka.
Lisati,Lia,2012. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal. http://liaklisanti.blogspot.com.07 Juli 2012
Kurniasih, 2012. Abses Pelvis (Penyakit Radang Panggul).http://kurniasi.blogspot.com/.12 Juli
Fargas,Erie, 2012. Penyakit Radang Panggul. http://erifargaz.com/penyakit-radang-panggul/.15 Agustus
Sari,Novita, 2012. Makalah Penyakit Infeksi Panggul. http://novitasarisobri.blogspot.com/2012/03/makalah-penyakit-infeksi-panggul.html.1 Maret
Lombok Sehat, 2012. Penyakit Radang Panggul. http://lomboksehat.blogspot.com/2012/01/penyakit-radang-panggul.html. 15 Januari










1 komentar:

  1. terimakasih buat artikelnya... sangat bermanfaat sob...

    http://cv-pengobatan.com/pengobatan-alami-radang-panggul/

    BalasHapus