TUGAS KELOMPOK
ASKEB
KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL
(
ABSES PELVIS/RADANG PANGGGUL)
DOSEN
ASWITA,
S.SI.T, MPH
OLEH
ATTRIAN
HARDIANTI (P00324011052)
FATRIANI (P00324011066)
NOVI PRANENI (P00324011083)
SRI
RAHAYU (P00324011092)
KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN KENDARI
KEBIDANAN
2012
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT,
karena atas berkat rahmatnya dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “ Konsep Dasar Abses Pelvis / Radang
Panggul ( Pelvic
Inflammatory Disesase ). “ Ini dapat terselesaikan dengan
baik meskipun banyak kendala dan hambatan yang dihadapi pada saat penulisan
makalah ini.
Sebelumnya penyusun ingin menyampaikan
rasa terima kasih kepada Dosen Pembimbing khususnya mata kuliah Askeb
Kegawatdaruratan Maternal Dan Neonatal ,
serta kawan-kawan mahasiswa/mahasiswi dan juga semua pihak yang telah membantu
baik dukungan moral maupun dukungan tenaga selama penyusunan makalah ini.
Semoga bantuan tersebut, tercatat sebagai amalan yang baik di sisi Allah SWT.
Sungguh merupakan suatu kebanggaan dari
penyusun apabila makalah ini dapat terpakai sesuai fungsinya, dan pembaca dapat
mengerti dengan jelas apa yang dibahas di dalamnya.
Penyusun sadar sepenuhnya bahwa makalah
ini banyak memiliki kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, penyusun sangat mengharapkan masukkan berupa saran dan kritik yang
tentunya positif sifatnya membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini.
Kendari,
April 2013
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul…………………………………………………………
Kata Pengantar………………………………………………………....
i
Daftar Isi………………………………………………………………... ii
BAB
I PENDAHULUAN
A Latar
belakang…………………………………………………… 1
B
Rumusan Masalah……………………………………………….. 2
C Tujuan……………………………………………………………. 2
D
Manfaat …………………………………………………………. 2
BAB
II PEMBAHASAN
A Definisi
Abses Pelvis (Radang Panggul)……………………....... 3
B Penyebab/etiologi………………………………………………... 6
C
Faktor resiko……………………………………………………... 8
D Gejala
klinis……………………………………………………… 9
E
Diognosa ………………………………………………………… 10
F
Komlikasi ……………………………………………………….. 10
G
Pencegahan………………………………………………………. 11
H Penangganan……………………………………………………... 12
1.
Pengobatan…………………………………………………... 12
2. Terapi
………………………………………………………... 13
BAB
III PENUTUP
A
Kesimpulan……………………………………………………… 15
B
Saran…………………………………………………………….. 16
Daftar
Pustaka…………………………………………………………. iii
BAB
I
PENDAHULUAN
A
Latar
Belakang
Seorang wanita kerap mengalami keluhan nyeri
berkepanjangan pada daerah perut dan panggulnya.Nyeri tersebut merupakan gejala
yang paling sering dikeluhkan pada wanita yang bagian atas wanita yang sebagian
besar akibat hubungan seksual. Biasanya disebabkan oleh Neisseria gonore dan
Klamidia trakomatis dapat pual oleh organisme lain yang menyebabkan vaginosis
bacteriaPenyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi
bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam
rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot rahim), parametrium dan
rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari Penyakit
Menular Seksual (PMS).
Setiap tahun di
Amerika Serikat, diperkirakan bahwa lebih dari 750.000 wanita mengalami sebuah
episode PID akut. Lebih dari 75.000 wanita mungkin menjadi subur setiap tahun
sebagai akibat dari PID, dan sebagian besar kehamilan ektopik terjadi setiap
tahun disebabkan konsekuensi dari PID
Saat ini hampir 1 juta wanita
mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita
berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang menderita
penyakit ini, 1 wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut kronik,
infertilitas (gangguan kesuburan), atau kehamilan abnormal.
Terdapat peningkatan jumlah penyakit ini dalam 2-3 dekade
terakhir berkaitan dengan beberapa faktor, termasuk diantaranya adalah
peningkatan jumlah PMS dan penggunaan kontrasepsi seperti spiral. 15% kasus penyakit
ini terjadi setelah tindakan operasi seperti biopsi endometrium, kuret,
histeroskopi, dan pemasangan IUD (spiral). 85% kasus
terjadi secara spontan pada wanita usia reproduktif yang seksual aktif.
B
Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang
tersebut di atas, maka masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah “
bagaimana konsep dasar dan penangganan Abses Pelvis / Radang Panggul (Pelvic Inflammatory
Disease).
C
Tujuan
1
Tujuan
umum
Untuk mendapat mengetahui konsep dasar
dan penangganan Abses Pelvis / Radang Panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
2
Tujuan khusus
1.
Untuk
memperdalam pengetahuan tentang Penyakit Radang Panggul (PID)
2.
Serta
untuk mengkaji,mendiagnosa,mengevaluasi,serta mengimplementasi penyakit radang
panggul.
D
Manfaat
1. menjadikan salah satu bahan acuan
bagi peneliti lain yang meneliti tentang konsep dasar dan
penangganan Abses Pelvis / Radang Panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
2. meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam proses penelitian tentang konsep dasar dan
penangganan Abses Pelvis / Radang Panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
3. Bagi petugas kesehatan khususnya
bidan agar lebih waspada dan mengetahui tentang konsep dasar dan
penangganan Abses Pelvis / Radang Panggul (Pelvic Inflammatory Disease).
BAB II
PEMBAHASAN
A
Definisi
Penyakit radang panggul adalah
infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi
endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot
rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan
komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS).
Peradangan tuba falopii terutama
terjadi pada wanita yang secara seksual aktif. Resiko terutama ditemukan pada
wanita yang memakai IUD. Bisasanya peradangan menyerang kedua tuba.
Infeksi bisa menyebar ke rongga perut dan menyebabkan peritonitis.
Penyakit radang
panggul (PID) adalah infeksi rahim (rahim), saluran tuba (saluran yang membawa
telur dari ovarium ke rahim) dan organ reproduksi lainnya yang menyebabkan
gejala seperti nyeri perut bagian bawah. Ini merupakan komplikasi serius dari
beberapa penyakit menular seksual (PMS), terutama klamidia dan gonore. PID
dapat merusak saluran tuba dan jaringan di dan dekat uterus dan ovarium. PID
dapat menyebabkan konsekuensi serius, termasuk kemandulan, kehamilan ektopik
(kehamilan di tuba fallopi atau di tempat lain di luar rahim), pembentukan
abses, dan nyeri panggul kronis.
Penyakit Radang Panggul atau Pelvic
Inflammatory Disesase (selanjutnya dalam tulisan ini akan disingkat menjadi
PID) merupakan istilah yang merujuk pada suatu infeksi pada uterus (rahim),
tuba fallopii (suatu saluran yang membawa sel telur dari ovarium ke uterus),
dan organ reproduksi lainnya. Penyakit ini merupakan komplikasi yang umum
terjadi pada penyakit-penyakit menular seksual (Sexually Transmitted Disease/STDs),
utamanya yang disebabkan oleh chlamydia dan gonorrhea.PID dapat merusak tuba
fallopii dan jaringan yang dekat dengan uterus dan ovarium.
Penyakit radang panggul adalah
infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi
endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrium (otot
rahim), parametrium dan rongga panggul. Penyakit radang panggul merupakan
komplikasi umum dari Penyakit Menular Seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta
wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada
wanita berusia antara 16-25 tahun. Lebih buruk lagi, dari 4 wanita yang
menderita penyakit ini, 1 wanita akan mengalami komplikasi seperti nyeri perut
kronik, infertilitas (gangguan kesuburan), atau kehamilan abnormal. Terdapat
peningkatan jumlah penyakit ini dalam 2-3 dekade terakhir berkaitan dengan
beberapa faktor, termasuk diantaranya adalah peningkatan jumlah PMS dan
penggunaan kontrasepsi seperti spiral. 15% kasus penyakit ini terjadi setelah
tindakan operasi seperti biopsi endometrium, kuret, histeroskopi, dan
pemasangan IUD (spiral). 85% kasus terjadi secara spontan pada wanita usia
reproduktif yang seksual aktif.
Penyakit radang panggul ( PRP )
terdiri dari kombinasi antara endometritis, salpingitis, ooforitis, abses dan
tuba-ovarium, dan peritonis panggul. Organism yang biasa menjadi penyebab
penyakit ini adalah Neisseria gonorrhoeae
atau Chlamidia trachomatis dan mungkin organisme yang terlibat dalam
vaginosos bakteri. Kondisi ini diawali dengan adanya infeksi saluran genital
bagian bawah ( vaginitis / servisitis / uretritis / skenitis / bartolinitis ) yang naik, dengan
berbagai macam alas an, melewati barier mukosa serviks ( yang berubah )untuk
menjadi infeksi saluran genital atas. Barier mukosa serviks dapat diubah oleh
adanya menstruasi atau akibat pengaruh hormon. Naiknya infeksi tersebut dapat
difasilitasi dengan penyemprotan, dilatasi, dan kuret, serta sperma. Naiknya
infeksi pertama kali ke endometrium dan kemudian ke tuba falopii, dibantu oleh
sperma atau refluks darah menstruasi. Proses peradangan dalam tuba pada
akhirnya mengarah ke inflamasi peritoneum. Factor risikonya adalah N.
gonorrhoeae atau Chlamidia trachomatis dan vaginosis bakteri,
berganti-ganti pasangan seksual dan praktik menyemprot vagina. Diafragma dan cap
serviks yang digunakan bersamaan dengan spermisida vagina dan kondom dapat
menurunkan risiko penyakit radang panggul. Kemungkinan akibat dari PRP adalah
infertilitas yang berkaitan dengan pelekatan kedua tuba, kehamilan ektopik,
nyeri abdomen bawah kronis berkaitan dengan pelekatan panggul, serta adanya
peningkatan kerentanan terhadap kekambuhan.
Wanita dapat memiliki gejala PRP
yang tidak jelas, sehingga anda harus memiliki kecurigaan tinggi yang konstan
untuk mendiagnosanya secara dini terhadap proses infeksi . Semakin dini
penetapan diagnosis dan pengobatan, akibatnya akan semakin berkurang. Wanita
yang terinfeksi PRP akan mengalami nyeri abdomen bawah, umumnya bilateral, yang
berat atau ringan. Besar kemungkinannya wanita akan memiliki rabas mukopurulen
vagina /serviks, yang mengindikasikan organism yang menginfeksi. Apabila uretra
terinfeksi, wanita akan mengalami gejala uretritis., disuria, inkontiensa
urgensi. Metroragia merupakan gejala umum yang terjadi pada endomtritis. Demam
di atas 38oc serta mual/muntah yang merupakan tanda keparahan klinis
penyakit dan menggambarkan terjadinya peritonitis. Berdasarkan pemeriksaan
panggul, anda akan menemukan nyeri goyang pada serviks, nyeri tekan adneksal
bilateral dan pembesaran adneksal apabila penyakit ini berkembang di saluran
falopii. Leukosit akan melebihi sel epitel pada sediaan basah. Wanita akan
mengalami peningkatan laju sedimentasi eritrosit.
Bidan seharusnya menangani secara
empiris saat wanita mengalami nyeri goyang pad serviks atau nyeri tekan uterus/adneksal,
tidak ada penyebab lain.
B
Penyebab
Penyakit
radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian
bawah, yang menyebar ke atas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan
hari atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul.
Bakteri penyebab tersering adalah N. Gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis yang
menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai
bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua
bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan
terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan
berkurangnya pertahanan dari rahim, serta menyediakan medium yang baik untuk
pertumbuhan bakteri (darah menstruasi). Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi
bakteri, dimana bakteri masuk melalui vagina dan bergerak ke rahim lalu ke tuba
falopii.
90-95% kasus PID disebabkan oleh bakteri yang juga menyebabkan terjadinya penyakit menular seksual (misalnya klamidia, gonore, mikoplasma, stafilokokus, streptokokus). Infeksi ini jarang terjadi sebelum siklus menstruasi pertama, setelah menopause maupun selama kehamilan. Penularan yang utama terjadi melalui hubungan seksual, tetapi bakteri juga bisa masuk ke dalam tubuh setelah prosedur kebidanan/kandungan (misalnya pemasangan IUD, persalinan, keguguran, aborsi dan biopsy endometrium.
90-95% kasus PID disebabkan oleh bakteri yang juga menyebabkan terjadinya penyakit menular seksual (misalnya klamidia, gonore, mikoplasma, stafilokokus, streptokokus). Infeksi ini jarang terjadi sebelum siklus menstruasi pertama, setelah menopause maupun selama kehamilan. Penularan yang utama terjadi melalui hubungan seksual, tetapi bakteri juga bisa masuk ke dalam tubuh setelah prosedur kebidanan/kandungan (misalnya pemasangan IUD, persalinan, keguguran, aborsi dan biopsy endometrium.
Penyebab
lainnya yang lebih jarang terjadi adalah:
1. Aktinomikosis (infeksi bakteri)
2. Skistosomiasis (infeksi parasit)
3. Tuberkulosis.
4. Penyuntikan zat warna pada
pemeriksaan rontgen khusus.
Ada
lima penyebab kelainan rongga panggul :
- Gizi kurang baik selama pertumbuhan. Akibatnya, pertumbuhan tulang dan panggul jadi kurang sempurna
- Penyakit tulang. Contohnya penyakit rakitis yang diderita sejak kecil hingga dewasa. Penyakit tulang bisa mengubah bentuk panggul dan menyempitkan rongga bagian dalamnya.
- Kelumpuhan. Bila salah satu kaki tidak dapat digunakan dengan sempurna, mau tidak mau berat tubuh dipikul oleh kaki yang sehat. Akibatnya, panggul bisa tumbuh miring.
- Tumor. adanya tumor pada tulang panggul dapat mengubah bentuk panggul dan menyebabkan sempitnya jalan lahir.
- Kecelakaan. Tulang di tubuh bagian belakang yang mengalami cedera bisa mengubah bentuk panggul, apalagi bila pengobatan tidak sempurna.
Pelvic
Inflammatory Disesase terjadi
jika mikroorganisme penyebab tersebut bergerak naik dari vagina atau servik
menuju organ reproduksi di atasnya.Dan kuman terbanyak penyebab PID ini adalah
gonorrhea dan chlamydia, yang juga penyebab penyakit menular seksual terbanyak.
Wanita yang telah memulai aktivitas seksualnya pada usia remaja dan juga
berganti-ganti pasangan (di bawah usia 25 tahun) memiliki resiko lebih tinggi
dibandingkan wanita berusia di atas 25 tahun untuk menderita PID. Hal ini
dikarenakan serviks pada remaja perempuan dan wanita muda belum sepenuhnya
matur, sehingga meningkatkan suseptibilitas terkena penyakit menular seksual
yang berkaitan pula dengan PID tersebut.Faktor resiko lainnya adalah
berganti-ganti pasangan seksual, sering mencuci vagina dengan produk pembersih padahal
dapat merubah suasana vagina sehingga dapat memudahkan kuman untuk menembus
barier alamiah tersebut.Wanita yang menggunakan IUD (intrauterine device)
juga memiliki resiko untuk menderita PID dibandingkan dengan wanita yang tidak
menggunakan, terutama dalam 4 bulan setelah pemasangan IUD.Hal ini disebabkan
adanya penghubung yang memudahkan kuman untuk masuk ke dalam uterus.
Namun
resiko ini dapat ditekan, jika sebelum pemasangan telah dilakukan pemeriksaan
terhadap kemungkinan menderita penyakit menular seksual sebelumnya.Di samping
itu faktor resiko lainnya adalah pada saat menstruasi.Di mana minggu pertama
haid merupakan periode rawan untuk PID, karena jaringan nekrotik merupakan
media yang paling baik untuk pertumbuhan N. gonorrhoeae.Oleh karenanya, penting
diperhatikan oleh wanita yang sedang menstruasi untuk meningkatkan kebersihan
daerah sekitar kemaluannya.
C
Faktor Resiko
Wanita yang aktif secara seksual di
bawah usia 25 tahun berisiko tinggi untuk mendapat penyakit radang panggul. Hal
ini disebabkan wanita muda berkecenderungan untuk berganti-ganti pasangan
seksual dan melakukan hubungan seksual tidak aman dibandingkan wanita berumur. Faktor
lainnya yang berkaitan dengan usia adalah lendir servikal (leher rahim). Lendir
servikal yang tebal dapat melindungi masuknya bakteri melalui serviks (seperti
gonorea), namun wanita muda dan remaja cenderung memiliki lendir yang tipis sehingga
tidak dapat memproteksi masuknya bakteri.
Adapun Faktor resiko terjadinya PID
adalah sebagai berikut:
1. Riwayat penyakit radang panggul
sebelumnya
2. Pasangan seksual berganti-ganti,
atau lebih dari 2 pasangan dalam waktu 30 hari
3. Wanita dengan infeksi oleh kuman
penyebab PMS
4. Menggunakan douche (cairan pembersih
vagina) beberapa kali dalam sebulan
5. Penggunaan IUD (spiral) meningkatkan
risiko penyakit radang panggul. Risiko tertinggi adalah saat pemasangan spiral
dan 3 minggu setelah pemasangan terutama apabila sudah terdapat infeksi dalam
saluran reproduksi sebelumnya.
D
Gejala Klinis
Gejala paling sering dialami adalah
nyeri pada perut dan panggul. Nyeri ini umumnya nyeri tumpul dan terus-menerus,
terjadi beberapa hari setelah menstruasi terakhir, dan diperparah dengan
gerakan, aktivitas, atau sanggama. Nyeri karena radang panggul biasanya kurang
dari 7 hari. Beberapa wanita dengan penyakit ini terkadang tidak mengalami
gejala sama sekali. Keluhan lain adalah mual, nyeri berkemih, perdarahan atau
bercak pada vagina, demam, nyeri saat sanggama, dan menggigil.
Gejala biasanya muncul segera
setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada perut bagian bawah
yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah. Biasanya infeksi akan
menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan.
Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak
teratur dan kemandulan.
Infeksi bisa menyebar ke struktur di
sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan perlengketan fibrosa
yang abnormal diantara organ-organ perut serta menyebabkan nyeri menahun.
Di dalam tuba, ovarium maupun
panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah). Jika abses pecah dan
nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa
mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam
darah sehingga terjadi sepsis.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada PID
:
a. Keluar cairan dari vagina dengan
warna, konsistensi dan bau yang abnormal
b. Demam
c. Perdarahan menstruasi yang tidak
teratur atau spotting (bercak-bercak kemerahan di celana dalam
d. Kram karena menstruasi
e. Nyeri ketika melakukan hubungan
seksual
f. Perdarahan setelah melakukan
hubungan seksual
g. Nyeri punggung bagian bawah
h. Kelelahan
i.
Nafsu
makan berkurang
j.
Sering
berkemih
k. Nyeri ketika berkemih.
E
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan
perut.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan antara lain sebagai berikut:
1
Pemeriksaan darah lengkap
2
Pemeriksaan cairan dari serviks
3
Kuldosintesis
4
Laparoskopi
5
USG panggul
Pemeriksaan darah dilakukan untuk
melihat kenaikan dari sel darah putih yang menandakan terjadinya infeksi.
Kultur untuk GO dan chlamydia digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis.
Ultrasonografi atau USG dapat digunakan baik USG abdomen (perut) atau USG vagina,
untuk mengevaluasi saluran tuba dan alat reproduksi lainnya. Biopsi endometrium
dapat dipakai untuk melihat adanya infeksi. Laparaskopi adalah prosedur pemasukan alat dengan lampu dan kamera
melalui insisi (potongan) kecil di perut untuk melihat secara langsung organ di
dalam panggul apabila terdapat kelainan.
F
Komplikasi
Penyakit radang panggul dapat
menyebabkan berbagai kelainan di dalam kandungan seperti nyeri berkepanjangan,
infertilitas dan kehamilan abnormal. Penyakit ini dapat menyebabkan parut pada
rahim dan saluran tuba. Parut ini mengakibatkan kerusakan dan menghalangi
saluran tuba sehingga menyebabkan infertilitas. Parut juga dapat menyebabkan
sel telur tidak dapat melalui jalan normalnya ke rahim sehingga dapat terjadi
kehamilan ektopik.
G
Pencegahan
Cara terbaik untuk menghindari
penyakit radang panggul adalah melindungi diri dari penyakit menular seksual.
Penggunaan kontrasepsi seperti kondom dapat mengurangi kejadian penyakit radang
panggul. Apabila mengalami infeksi saluran genital bagian bawah maka sebaiknya
segera diobati karena dapat menyebar hingga ke saluran reproduksi bagian atas.
Terapi untuk pasangan seksual sangat dianjurkan untuk mencegah berulangnya
infeksi.
Wanita
dapat melindungi diri mereka dari PID dengan mencegah terkena STDs atau segera
berobat ke dokter jika mereka menderita STDs. Cara terbaik untuk mencegah STDs
adalah dengan tidak melakukan hubungan seksual berganti pasangan atau setia
pada pasangannya yang telah dikenalnya betul serta pernah menjalani skrining
test STDs. Kondom pria yang mengandung latex, yang digunakan dengan benar dan
berkelanjutan, dapat menurunkan resiko terinfeksi chlamydia dan gonorrhea. CDC
merekomendasikan pemeriksaan chlamydia kepada seluruh wanita berusia 25 tahun
atau kurang yang telah aktif secara seksual ataupun kepada wanita yang lebih
tua dengan resiko menderita infeksi chlamydia (mereka yang memiliki pasangan
baru atau melakukan hubungan multipartner), serta kepada seluruh wanita hamil.
Keluhan
pada alat genital wanita, seperti adanya luka, keluar cairan dengan bau yang
abnormal, rasa nyeri ketika buang air kecil, ataupun perdarahan di luar siklus
menstruasi bisa jadi merupakan pertanda infeksi STDs. Jika wanita tersebut
mengalami keluhan tersebut, sebaiknya menghentikan hubungan seksualnya untuk
sementara waktu dan segera berkonsultasi dengan dokter. Mengobati STDs secara
lebih dini dapat membantu mencegah PID. Setiap wanita yang menderita STDs dan
sedang menjalani pengobatan, sebaiknya mengajak pasangannya ke dokter dan
diperiksa terhadap kemungkinan untuk menderita STDs. Hubungan seksual sebaiknya
jangan dimulai hingga pasangannya telah diperiksa dan telah menjalani pengobatan
dengan tuntas apabila mereka memang menderita STDs.
H Penangganan
1
Pengobatan
Pelvic
Inflammatory Disesase
dapat diobati dengan beberapa macam antibiotika.Namun pemberian antibiotika ini
tidak sepenuhnya mengembalikan kondisi pasien apabila telah terjadi kerusakan
pada organ reproduksi wanita ini. Jika seorang wanita memiliki nyeri pelvis dan
keluhan PID yang lain, sebaiknya segera berobat ke dokter. Pemberian
antibiotika yang tepat akan dapat mencegah kerusakan lebih lanjut pada saluran
reproduksi wanita. Seorang wanita yang menunda pengobatan PID, akan lebih besar
kemungkinannya untuk menderita infertilitas atau dapat terjadi kehamilan
ektopik oleh karena kerusakan tuba fallopii.
Karena
sulitnya untuk mengidentifikasi organisme yang menyerang organ reproduksi
internal dan juga kemungkinan lebih dari satu organisme sebagai penyebab PID,
maka PID biasanya diobati dengan sedikitnya dua macam antibiotika yang memiliki
efektivitas yang baik di dalam mematikan organisme penyebab
tersebut.Antibiotika ini dapat diberikan secara oral maupun secara injeksi.
Antibiotika yang dapat digunakan antara lain: ofloxacin, metronidazole, dan
doxycycline. Di mana lamanya pengobatan biasanya ± 14 hari.
Pengobatan
yang tepat dan sesuai dapat mencegah komplikasi PID.Tanpa pengobatan yang tepat
PID dapat menyebabkan kerusakan permanen dari organ reproduksi wanita.Organisme
penyebab PID dapat menginvasi tuba fallopii dan menyebabkan terbentuknya
jaringan parut (scar tissue).
PID tanpa
komplikasi bisa diobati dengan antibiotik dan penderita tidak perlu dirawat.
Jika terjadi komplikasi atau penyebaran infeksi, maka penderita harus dirawat di
rumah sakit. Antibiotik diberikan secara
intravena (melalui pembuluh darah) lalu diberikan per-oral
(melalui mulut). Jika tidak ada respon
terhadap pemberian antibiotik, mungkin perlu dilakukan pembedahan. Pasangan seksual penderita sebaiknya juga menjalani
pengobatan secara bersamaan dan selama menjalani pengobatan jika melakukan
hubungan seksual, pasangan penderita sebaiknya menggunakan kondom.
2
Terapi
Tujuan utama terapi penyakit ini
adalah mencegah kerusakan saluran tuba yang dapat mengakibatkan infertilitas
(tidak subur) dan kehamilan ektopik, serta pencegahan dari infeksi kronik.
Pengobatan dengan antibiotik, baik disuntik maupun diminum, sesuai dengan
bakteri penyebab adalah pilihan utama. Kontrol setelah pengobatan sebanyak 2-3
kali diperlukan untuk melihat hasil dan perkembangan dari pengobatan. Pasangan
seksual juga harus diobati. Wanita dengan penyakit radang panggul mungkin
memiliki pasangan yang menderita gonorea atau infeksi Chlamydia yang dapat
menyebabkan penyakit ini. Seseorang dapat menderita penyakit menular seksual
meskipun tidak memiliki gejala. Untuk mengurangi risiko terkena penyakit radang
panggul kembali, maka pasangan seksual sebaiknya diperiksa dan diobati apabila
memiliki PMS.
Meskipun segera dilakukan pengobatan
antimikroba yang tepat untuk mengatasi metritis, kadang-kadang suatu flegmoon
parametrium akan mengalami supurasi sehingga terbentuk massa benjolan pada
ligamentum latum yang berfluktuasi dan bias menonjol diatas ligamentum
inguinale pouparti. Dalam keadaan ini, wanita tersebut mungkin tidak
menunjukkan gejala yang semakin memburuk tetapi panas tetap memburuk tetapi
panas tetap bertahan. Begitu terdapat rupture abses kedalam kavum peritoni,
peritonitis yang bias membawa kematian dapat terjadi. Kemungkinan lebih besar lagi,
terjadi robekan kearah anterior sehingga tidak terjangkaub dengan tindakan
drainase lewat jarum yang diarahkan oleh komograi computer. Kadang-kadang
robekan terjadi kearah posterior lewat ruang retroperitonium kedalam septum
rekto vaginalisn dimana drainase operatif mudah digunakan.
Bila pelvic abses ada tanda cairan
fluktuasi pada daerah cul-de-sac, lakukan kolpotomi atau dengan laparotomi. Ibu
posisi fowler. Berikan anti biotika broad spektrum dalam dosis yang tinggi
ampisilin 2g/IV kemudian 1g setiap 6jam ditambah gentamisin 5g/kg berat badan
IV dosis tunggal/hari dan metronidazol 500mg/IV setiap 8jam. Lanjutkan
antibiotika ini sampai ibu tidak panas selama 24 jam.
Pada keadaan yang sangat jarang
sellulitis parametrium yang terjadi akan meluas dan menjadi abses pelvis. Bila
ini terjadi, maka harus dilakukan drainase puss yang terbentuk, baik ke
anterior dengan melakukan pemasangan jarum berukuran besar maupu ke posterior
dengan melakukan kolpotomi selain itu, perlu juga diberikan antibiotika yang
adekuat.
BAB III
PENUTUP
A Kesimpulan
Penyakit
Radang Panggul (Salpingitis,PID,Pelvic Inflammatory Disease) adalah suatu
peradangan pada tuba fallopi (saluran yang menghubungkan indung telur dengan
Rahim).Peradangan tuba fallopi terutama terjadipada wanita yang secar seksual
aktif.Resiko terutama ditemukan pada wanita yang memakai IUD.
Gejala
biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri
pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau
muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat bisa
membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun,
perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan.
Penyakit
radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian
bawah,yang menyebar keatas melalui leher Rahim.buth waktu dalam hitunganhari
atau minggu untuk seorang wanita menderita penyakit radang panggul.Bakteri
penyebab tersering adalah N. Gonnorhoeae dan Chlamydia trachomatis yang
menyebabkan peradangan dan kerusakan jarigan sehingga menyebabkan berbagai
bakteri dari leher Rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua
bakteri ini adalah kuman penyebab PMS.Proses menstruasi dapat memudahkan
terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan
berkurangnya pertahanan dari Rahim,serta menyediakan medium yang baik untuk
pertumbuhan bakteri (darah menstruasi).
Infeksi
bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan
parut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ-organ perut serta
menyebabkan nyeri menahun. Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk
abses (penimbunan nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga
panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami syok.
Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah sehingga terjadi
sepsis.
Penyebab
lainnya yang lebih jarang terjadi adalah :
1.
Aktinomikosis
(infeksi bakteri)
2.
Skistosomiasis
(infeksi parasite)
3.
Tuberkulosis
4.
Penyuntikan
zat warna pada pemeriksaan rontgen khusus.
B Saran
Adapun
saran dari makalah tersebut di atas, yaitu Diharapkan tenaga medis maupun para
medis memahami tentang konsep dasar dan penangganan Abses Pelvis / Radang
Panggul (Pelvic Inflammatory Disease). Sehingga pelayanan yang diberikan
kepada masyarakat tidak mengecewakan dan tidak ada pihak yang dirugikan dan untuk menghindari Penyakit Radng
Panggul yang sering dialami oleh kebanyakan wanita sebaiknya dimulai terlebih
dahulu dari hal yang paling mudah yaitu menjaga diri termasuk merawat pada
daerah yang rawan mikroba termasuk di daerah genetalia bagian dalam vagina,agar
terhindar dari bakteri yang dapat menyebabkan rasa nyeri,serta harus setia pada
satu pasangan saja.Dan mulailah menjaga anggota tubuh kita agar terhindar dari
penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo,2009.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Bina pustaka.
Fargas,Erie,
2012. Penyakit Radang Panggul. http://erifargaz.com/penyakit-radang-panggul/.15
Agustus
Sanjaya,Aris,
2012. Penyakit Kesehatan Reproduksi. http://arisanjaya07042008.blogspot.com/2012/07/makalah-kesehatan-reproduksi-penyakit.html.4
Juli
Sari,Novita,
2012. Makalah Penyakit Infeksi Panggul.
http://novitasarisobri.blogspot.com/2012/03/makalah-penyakit-infeksi-panggul.html.1
Maret
Lombok
Sehat, 2012. Penyakit Radang Panggul.
http://lomboksehat.blogspot.com/2012/01/penyakit-radang-panggul.html.
15 Januari
terimakasih buat artikelnya... sangat bermanfaat sob...
BalasHapushttp://cv-pengobatan.com/pengobatan-alami-radang-panggul/